Halal

Sabda-Mu Abadi | 21 Desember 2024 | Mrk. 7:17-23
”Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah meninggalkan orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang perumpamaan itu. Lalu jawab-Nya, ’Apakah kamu juga tidak paham? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam diri seseorang tidak dapat menajiskannya, karena tidak masuk ke dalam hati melainkan ke dalam perutnya, lalu keluar ke jamban?’ Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal” (Mrk. 7:17-19).
Logika Sang Guru menarik disimak. Makanan itu tidak akan pernah masuk dalam hati seseorang. Yang dimaksud di sini bukanlah hepar atau lever, yakni hati secara fisik. Namun, hati nonfisik. Dalam pemikiran Yahudi, hati adalah pusat segala perasaan, kejiwaan, dan pemikiran. Karena makanan yang kita makan tidak masuk ke dalam hati, bisa dikatakan tidak akan memengaruhi kepribadian seseorang.
Dan penulis Injil Markus memberi catatan bahwa Yesus menyatakan bahwa semua makanan halal.
Nah, yang menajiskan seseorang adalah yang keluar dari hati. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Sebab dari dalam, yaitu dari dalam hati, timbul pikiran-pikiran jahat yang menyebabkan orang berbuat cabul, mencuri, membunuh, berzinah, menipu, memfitnah, serta melakukan segala sesuatu yang jahat, menjadi serakah, tidak sopan, iri hati, sombong, dan susah diajar.” Ya, itulah yang membuat seseorang menjadi tidak halal di mata Allah.
Karena itu, menjadi penting bagi kita, orang percaya abad ke-21, untuk membersihkan dan memurnikan hati kita. Dan jangan pula kita malah menghakimi orang lain. Itu akan membuat diri kita kotor lagi.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media