Hati-hati

Published by Yoel M. Indrasmoro on

”Waktu menyeberang jalan lihat kiri-kanan, hati-hati!” ”Jangan kencang-kencang saat bersepeda, hati-hati!” ”Saat berjalan jangan sambil lihat ponsel, hati-hati!” Kalimat-kalimat itu sering saya ulang saat pergi keluar rumah. Hidup sendirian di negeri orang tanpa dibekali asuransi kesehatan atau kecelakaan membuat saya menjadi waspada agar tidak menimbulkan masalah yang tidak diinginkan.

Tidak. Saya tidak mengomel ke kantor saya karena hanya menyediakan sistem reimbursement bila saya sakit selama bertugas di luar negeri setidaknya selama tiga tahun. Namun, saya malah menyadari, ”Bukankah hidup itu lebih daripada makanan dan tubuh itu lebih daripada pakaian?” (Mat. 6:25b).

Setelah hidup tanpa “asuransi yang disediakan manusia”, saya makin menyadari bahwa makan tepat waktu, tidur tepat waktu, bekerja tepat waktu, berolahraga secara rutin, istirahat cukup, menaati rambu-rambu jalan, fokus saat beraktivitas, menjaga relasi dengan sesama adalah sejumlah cara untuk merayakan hidup yang telah diasuransikan sepenuhnya kepada Tuhan.

Mengetahui bahwa Tuhan menjaga dan memelihara—sejak kita membuka mata pada pagi hari hingga kembali beristirahat pada malam hari—juga memberikan keyakinan bahwa memang hal-hal buruk dapat terjadi kepada manusia, tetapi hal-hal baik juga tidak kurang banyaknya disediakan Tuhan. Saat saya memulai dan menutup hari dengan rasa syukur akan pemeliharaan Allah tentu tidak mengurangi kehati-hatian saat beraktivitas.  Dan sebaliknya, punya sikap waspada, juga bukan berarti tidak percaya bahwa Tuhan menjaga.

Oleh karena itu, ”Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, dan semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Karena itu, janganlah kamu khawatir tentang hari besok, karena hari esok mempunyai kekhawatirannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari” (Mat. 6:33-34).

Desca Lidya Natalia | Sobat Media

Foto: Istimewa

Categories: Tala