Jangan Malu
Sabda-Mu Abadi | 9 Maret 2024 | 1Ptr. 4:15-16
”Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. Namun, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.”
Petrus sepertinya menegaskan bahwa semua kejahatan pada akhirnya akan ketahuan dan bermuara pada hukuman. Itu hukum alam. Dalam ungkapan Jawa: Becik ketitik ala ketara ’kebaikan akan tampak, kejahatan akan terlihat’. Meski disembunyikan atau ditutupi serapat apa pun, kejahatan akan terungkap. Waktunya tentu saja bisa lama bisa pendek. Namun, pasti akan ketahuan, dilanjutkan dengan hukuman.
Sejatinya, meski belum ketahuan, pelaku kejahatan sudah mendapatkan hukumannya sendiri. Pertama, ia harus menutup-nutupi kejahatannya. Ini pasti melelahkan. Kedua, ia harus memperlihatkan wajah ganda. Itu sama melelahkannya karena takut ketahuan pada akhirnya. Ketiga, bisa jadi dia malah malu bercermin—enggan melihat wajah sendiri—karena ada tuduhan dari dalam diri sendiri. Dengan kata lain, ia tetap menderita meski tak diakuinya.
Sebaliknya, penderitaan sebagai Kristen semestinya menerbitkan rasa bangga. Bangga karena boleh menapaki jalan Kristus. Berarti pula dianggap layak menapaki jalan tersebut.
Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Tetapi kalau kalian menderita sebab kalian orang Kristen, janganlah malu karena hal itu. Berterimakasihlah kepada Allah, bahwa kalian membawa nama Kristus.” Ya, kita mesti berterima kasih kepada Bapa di surga karena boleh menyandang nama Kristus.
Yoel M. Indrasmoro
Tangan Terbuka Media
Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.
Foto: unsplash/priscilla dp