Jangan Memberikan Kesaksian Dusta

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 14 Juli 2024 | Kel. 20:16

”Jangan memberikan kesaksian dusta terhadap sesamamu.” Firman kesembilan berkait dunia hukum, khususnya sidang pengadilan. Dalam sidang pengadilan—agar sungguh-sungguh adil—perlu dihadirkan saksi-saksi, baik yang memberatkan maupun yang meringankan terdakwa.

Kalau tidak ada yang meringankan, bisa dipastikan, hukuman pasti akan dijatuhkan. Oleh karena itu, saksi yang diajukan dipanggil untuk memberikan kesaksian sebenarnya, apa adanya, tak perlu bumbu apa pun.

Selanjutnya, Allah mengulas firman kesembilan, berkenaan dengan hak-hak manusia, kepada Musa: ”Jangan menyebarkan kabar bohong. Jangan membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang culas. Jangan engkau ikut-ikutan orang banyak berbuat jahat. Apabila memberikan kesaksian mengenai suatu perkara jangan ikut-ikutan orang banyak membelokkan hukum. Janganlah memihak kepada orang miskin dalam perkaranya” (Kel. 23:1-3).

Jelaslah di sini, kesaksian seorang saksi dapat mengubah jalannya sidang. Ini masalah hidup atau mati terdakwa. Sehingga Allah, melalui Musa, mewanti-wanti agar seorang saksi tidak menyampaikan kabar bohong, yang akan memengaruhi jalannya sidang. Kesaksian dusta haram hukumnya dalam dunia pengadilan. Bahkan, seorang saksi tidak boleh ikut-ikutan pendapat kebanyakan orang.

Masalahnya sering di sini. Masyarakat sering telah menjatuhkan vonis sebelum sidang dimulai. Sehingga, seorang saksi bisa saja tidak mau mengambil risiko menjadi musuh masyarakat jika kesaksiannya dirasa meringankan terdakwa. Pada titik ini saksi tersebut telah ikut andil dalam membelokkan hukum.

Juga seandainya pelakunya orang miskin, seorang saksi harus bicara apa adanya. Ia tidak boleh membela seseorang karena kemiskinannya. Salah harus dianggap salah. Dan biarlah hakim yang mengambil keputusan. Umat Allah mesti percaya bahwa hakim akan bijak dalam menjatuhkan vonis.

Tak mudah memang menjadi saksi. Dan keluarga perlu menjadi tempat di mana anak-anak belajar untuk menjadi saksi. Yang melatih, tentu saja, orang tuanya. Caranya dengan memberikan suasana aman dan nyaman bagi setiap anak untuk bersikap, berkata, dan bertindak jujur. Ya, inilah juga panggilan orang tua.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan berikut untuk mendengarkan versi siniar:

Foto: Unsplash/Wesley T.