Jangan Membunuh

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 11 Juli 2024 | Kel. 20:13

Jangan Membunuh. Firman keenam melarang bangsa Israel untuk membunuh sesamanya. Membunuh adalah mengakhiri keberadaan seorang manusia, yang secara hakiki sederajat. Manusia diciptakan Allah sekali untuk selamanya di dunia. Oleh karena itu, tidak seorang pun berhak meniadakan hidup sesamanya.

Menarik disimak, itu jugalah tindakan kejahatan pertama manusia terhadap sesamanya. Ya, Kain membunuh Habel. Kain—yang merasa ditolak karena Allah berkenan terhadap persembahan Habel dan tidak mengindahkan persembahannya—tak mampu menguasai diri lagi. Dan karena itu, Allah menghukum Kain. Mungkin, itu sebabnya, setelah penghormatan terhadap orang tua, Allah melarang manusia membunuh.

Dalam perkembangannya, Tuhan Yesus mengartikan tindakan membunuh itu sebagai sikap dan perlakuan yang tidak menghormati martabat manusia.

Pada zaman Yesus, orang Yahudi—khususnya orang Farisi dan ahli Taurat—sangat getol dengan hukum. Namun, persoalan yang dikritik Yesus ialah mereka menjalani hukum sekadar legalitas formal. Mereka menaati hukum hanya dengan satu niat: agar jangan dihukum. Sehingga mereka merasa sudah nyaman apabila tidak melanggar hukum. Dan hanya sampai di situ.

Yesus berbeda. Bagi Dia, dasar segala keinginan untuk melaksanakan firman Allah bukanlah firman itu sendiri, tetapi karena keinginan untuk mengasihi Allah. Jadi, dasar melakukan firman bukan agar tidak dihukum, namun karena mereka memang mengasihi Allah.

Karena itu, Yesus membenci segala hal yang berbau formalisme. Jika hanya berdasarkan formalisme, orang sudah merasa puas jika dia tidak membunuh.

Yesus menerobos lebih dalam: ”Namun, Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang mencaci maki saudaranya harus dihadapkan ke Mahkamah Agama, dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala” (Mat 5:22).

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Tetapi sekarang Aku berkata kepadamu, barangsiapa marah –barangsiapa marah: beberapa naskah kuno: barangsiapa marah tanpa sebab.– kepada orang lain, akan diadili; dan barangsiapa memaki orang lain, akan diadili di hadapan Mahkamah Agama. Dan barangsiapa mengatakan kepada orang lain, ‘Tolol,’ patut dibuang ke dalam api neraka.”

Mengapa? Karena semua tindakan tadi sejatinya merupakan penghinaan terhadap harkat dan martabat manusia lain. Dan merendahkan harkat dan martabat orang lain sama halnya dengan menghina Sang Pencipta.

Pemahaman macam beginilah yang semestinya kita wariskan kepada generasi kemudian.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar:

Foto: Unsplash/S. Hu