Kehidupan Seksual

Sabda-Mu Abadi | 1 Februari 2023 | Rm. 1:26-27
”Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab istri-istri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga laki-laki meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan perempuan dan menyala-nyala dalam berahi seorang terhadap yang lain, sehingga mereka berbuat mesum, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.”
Pada bagian ini Paulus menekankan, penyangkalan akan Allah sebagai Tuhan ternyata berpengaruh dalam kehidupan seksual manusia. Seks tak lagi dipahami sebagai sesuatu yang baik, indah, dan membangun kehidupan, tetapi malah menjadi alat eksploitasi terhadap diri sendiri dan orang lain.
Sesuatu yang normal tak lagi dianggap normal. Dan atas nama kehendak bebas—dan hak asasi—manusia merasa benar melakukan apa saja. Yang penting suka sama suka.
Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Wanita-wanita mereka tidak lagi tertarik kepada laki-laki seperti yang lazimnya pada manusia, melainkan tertarik kepada sesama wanita. Lelaki pun begitu juga; mereka tidak lagi secara wajar mengadakan hubungan dengan wanita, melainkan berahi terhadap sesama lelaki. Laki-laki melakukan perbuatan yang memalukan terhadap sesama laki-laki.”
Memang, kadang ada pendapat—tentu saja dalam rangka pembenaran diri—mana yang lebih baik: pasangan sesama jenis, namun saling mengasihi atau pasangan lain jenis, namun saling membenci. Untuk kedua pilihan ini jawabannya adalah tidak keduanya. Jika seseorang mengakui Allah sebagai Tuhan—juga dalam kehidupan seksualnya; maka ia pasti akan menaati Allah tanpa syarat.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/ Sidney Pearce