Bartimeus
Bartimeus merupakan orang pinggiran. Lebih tepat dipinggirkan masyarakat, yang memahami kebutaan sebagai hukuman Allah. Namun, Yesus tidak meminggirkannya!
Bartimeus merupakan orang pinggiran. Lebih tepat dipinggirkan masyarakat, yang memahami kebutaan sebagai hukuman Allah. Namun, Yesus tidak meminggirkannya!
”Akulah Roti Kehidupan.” Inilah pernyataan Yesus di hadapan orang banyak di Kapernaum. Ia mengibaratkan diri-Nya dengan roti—sesuatu yang sederhana dan murah. Dan murah tidak berarti murahan. Murah karena tak terbayangkan jika harga roti di Palestina masa itu—atau harga beras di Indonesia masa kini—malah tak terjangkau. Harganya mesti murah karena merupakan Read more…
Kisah pemanggilan Samuel dimulai dengan sebuah kenyataan pahit: ”Pada masa itu firman Tuhan jarang, penglihatan pun langka” (1Sam. 3:1). Mengapa pahit? Sebab, tidak ada komunikasi antara Allah dan umat-Nya.
Kita perlu berbagi cerita. Namun, jangan hanya berfokus pada diri sendiri. Ceritakanlah Tuhan yang telah berkarya dalam diri kita. Kadang berbagi cerita pun bisa tanpa kata. Ketika orang merasakan sukacita kita dan akhirnya turut bersukacita, itu sudah lebih dari cukup.
Yakobus menyatakan diri sebagai hamba Yesus Kristus. Dan suratnya ditujukan kepada orang Yahudi Kristen yang tinggal di luar Israel
Kata-kata Yesus mengenai ahli Taurat dan orang Farisi keras. Namun, bukan tanpa dasar. Kata-kata-Nya berdasar pada kenyataan bahwa ahli Taurat dan orang Farisi sibuk mengajarkan Taurat, tetapi tidak melakukannya. Mereka jago ngomong, sayangnya kopong.
Integritas merupakan modal utama seorang pemimpin. Ironisnya, itulah yang paling jarang dimiliki para pemimpin. Semakin tinggi level kepemimpinan, semakin besarlah godaan terhadap integritas pemimpin. Godaan itu bisa menimpa siapa saja. Kuasa, mengutip Lord Acton, memang cenderung membuat orang menyimpang.
Raja murka. Para undangan itu telah melupakan status mereka sebagai hamba. Melupakan status sebagai hamba berarti juga menganggap remeh Sang Raja sebagai tuan mereka. Bahkan, mereka pun tak mengindahkan undangan kedua. Mereka tak layak lagi hidup di kerajaan itu karena mereka tidak menghargai kelayakan yang dikaruniakan atas mereka. Dan raja menghukum mati mereka.
Persoalan keluarga sering berakar pada keinginan hidup berdasarkan kebenaran sendiri-sendiri—istri merasa benar, suami merasa benar, anak merasa benar, orang tua merasa benar! Hasilnya hanya keonaran karena masing-masing merasa benar! Pada titik ini kita perlu meneladani Paulus yang belajar hidup dalam kebenaran Tuhan! Berbeda pendapat itu merupakan hal yang wajar, tetapi setiap anggota keluarga perlu bertanya: Apa sebenarnya pendapat Allah? Setelah mendapatkan, ikutilah pendapat Allah!
Paulus kelihatannya hendak menyatakan bahwa penyertaan itu kekal sifatnya. Tak hanya di bumi juga di surga. Hingga kekekalan. Dan itulah sumber penghiburan yang sempurna.