Keinginan

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 9 Desember 2023 | Yak. 1:14-15

”Namun, tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa. Apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.”

Keinginan memang tak ada habisnya. Keinginan satu setelah digenapi akan memunculkan keinginan kedua. Keinginan pun akhirnya beranak pinak. Itu keinginan baik. Jika keinginan jahat, bak kanker keinginan jahat itu akan minta dipuaskan, dan lagi, dan lagi. Bahkan, keinginan baik pun bisa menjadi jahat ketika tidak dikelola dengan baik.

Lalu, apa yang harus kita lakukan? Ketika keinginan itu muncul—entah baik, apalagi yang jahat—kita perlu bertanya dalam hati: ”Apakah harus dipuaskan?” Jika tidak, biarlah keinginan itu tetap tinggal menjadi keinginan. Tak perlu dipelihara.

Perhatikan ”Kisah Kejatuhan Manusia”! Penulis Kitab Kejadian mencatat: ”Perempuan itu melihat bahwa buah pohon itu baik dan menarik untuk dipandang. Lagi pula, pohon itu diminati karena memberi pengertian. Lalu ia memetik buahnya dan memakannya. Ia memberikannya juga kepada suaminya yang bersamanya, dan suaminya pun memakannya” (Kej. 3:6).

Bisa jadi baik Hawa dan Adam sudah lama memiliki keinginan untuk memakan buah itu. Selama ini mereka bisa menahan dirinya. Namun, ketika Iblis menyatakan bahwa mereka tidak akan mati—bahkan menjadi sama dengan Allah—mereka pun tergerak memakannya. Ada alasan rasional bahwa buah pohon itu memberi pengertian. Ya, siapa yang tidak senang punya pengertian? Apa salahnya memiliki pengertian? Pada titik ini mereka telah membuahi keinginan itu.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/C. Lue