Renungan Akhir Tahun

Published by Yoel M. Indrasmoro on

Keinginan memang beda dengan kebutuhan. Dari ilmu ekonomi kita diajak untuk membedakannya dalam laku sesehari. Kebutuhan itu terbatas. Keinginan itu tak terbatas karena itu perlu dibatasi. Kalau dalam diagram Venn, kebutuhan merupakan bagian dari keinginan.

Makan atau tidak makan itu masuk dalam ranah kebutuhan. Akan tetapi, makan apa atau makan di mana, bahkan makan siapa, itu sudah masuk ranah keinginan. Manusia butuh hikmat dalam hal ini. Dan kita bisa belajar dari Salomo, Anak Daud, di akhir tahun 2024 ini.

Belajar dari Salomo

Di Gibeon Allah berfirman kepada Salomo, ”Mintalah apa yang perlu kuberikan kepada-Mu” (1Raj. 3:5). Allah pencipta dan pemilik segala sesuatu berkenan memberikan apa yang akan diminta Salomo.

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Salomo, mintalah apa yang kauinginkan, itu akan Kuberikan kepadamu!” Jelaslah, Allah memberikan kesempatan sebesar-besarnya bagi Salomo untuk menyatakan keinginannya. Dalam Kitab Suci tertera: ”Kowé kepéngin Dakparingi apa?”

Nah, ketika ada kesempatan untuk meminta dari Allah, Salomo berkata, ”Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang penuh pengertian untuk menjadi hakim atas umatmu dan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat…” (1Raj 3:9).

Salomo memohon hati yang paham menimbang perkara. Dan Allah menanggapi permohonan itu dengan memberikan hati yang penuh hikmat dan pengertian.  Hati yang mampu menimbang-nimbang perkara—mana yang benar, baik, dan tepat.

Mengapa Salomo tidak meminta—sebagaimana dinyatakan Allah sendiri— umur panjang, kekayaan, nyawa musuhmu; tetapi malah meminta hati yang penuh pengertian untuk mengambil keputusan?

Sepertinya Salomo mampu memilah antara keinginan dan kebutuhan. Ia seorang raja. Yang sungguh dibutuhkan raja bukanlah usia, harta, dan kejayaan di medan laga, melainkan mampu mengambil keputusan dengan sebenar-benarnya, sebaik-baiknya, dan setepat-tepatnya. Itulah kebutuhan seorang raja. Dan permintaan Salomo itu baik di mata Allah karena seturut kehendak-Nya.

Anak Daud itu tidak meminta hikmat. Namun, lebih dari itu, ia meminta hati yang penuh pengertian. Ia tidak minta buahnya, tetapi pohonnya. Pohon itu tentu sifatnya lebih langgeng ketimbang buahnya. Tentu saja, selama pohon itu dirawat dengan sebaik-baiknya.

Menarik diperhatikan, ketika Salomo mengutamakan hati yang penuh pengertian, Allah memberikan yang tidak dimintanya—”baik kekayaan maupun kemuliaan” (1Raj. 3:13). Itu pulalah yang dikatakan Sang Guru kepada para murid: ”Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kehendak-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat. 6:33).

Bagaimana?

Bagaimana Salomo bisa meminta kebutuhan dan bukan keinginannya? Bersekutu dengan Allah. Bersekutu dengan Allah berarti menyatu dengan-Nya—manunggal!

Perhatikan kata-kata Yesus, Anak Daud: ”Akulah terang dunia. Siapa yang mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang kehidupan” (Yoh. 8:12). Ya, inilah cara kita memelihara hati yang penuh hikmat tadi.

Sebagaimana pohon butuh matahari, hati yang berhikmat perlu terang kehidupan dalam perawatannya. Itu berarti kita dipanggil juga untuk mau disinari Terang Dunia. Dengan kata lain hidup di dalam Terang Dunia. Ketika kita mengikuti Kristus, jalan kita akan diterangi oleh Dia sehingga kita tidak mungkin salah jalan.

Bahkan, kita sendiri akan mempunyai terang kehidupan. Dan ketika mata hati kita terang, maka mudahlah bagi kita mengambil keputusan yang sesuai dengan kehendak Tuhan!

Sewaktu memiliki terang kehidupan, kita pun dapat menerangi hidup orang lain. Pada titik ini setiap keputusan dan tindakan yang kita ambil tidak hanya berguna untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk orang lain sebagaimana Salomo!

Waktu Mewawas dan Bebenah

Nah, sekarang pertanyaannya: Bagaimanakah keputusan-keputusan yang telah kita ambil pada tahun 2024? Kini saatnya bagi kita untuk mewawas dan bebenah. Sudah seturut kehendak Allahkah?

Jika sudah, bersyukurlah! Jika belum, inilah saatnya menyerahkan semua keputusan itu kepada Allah dan memohon Ia menjadikannya untuk kebaikan tak hanya kita, tetapi orang-orang yang terdampak langsung dari keputusan itu!

Dan untuk 2025, baiklah kita berdoa: ”Tuhan Yesus, Terang Dunia, terus terangi hati dan pikiran kami agar mampu memilah antara keinginan dan kebutuhkan kami. Amin.”

Yoel M. Indrasmoro

Foto: Istimewa