Kekerasan Hati

Sabda-Mu Abadi | 24 Januari 2025 | Mrk. 10:1-5
”Lalu datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya, ’Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan istrinya?’ Jawab-Nya kepada mereka, ’Apa perintah Musa kepada kamu?’ Jawab mereka, ’Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai’” (Mrk. 10:2-4).
Pertanyaan orang-orang Farisi itu bertujuan menjebak. Jika Yesus mengatakan tidak boleh, ia bertentangan dengan Musa. Jika Yesus bilang boleh, Ia boleh dibilang tidak pro kaum perempuan yang sering menjadi korban dalam sebuah perceraian.
Sang Guru tak mau dijebak. Ia tidak menjawab, malahan balik bertanya. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Musa memberi perintah apa kepada kalian?” Sepertinya Yesus Orang Nazaret sengaja menyebut nama Musa karena orang Farisi memang sering membandingkan diri-Nya dengan Musa.
Ketika para penjebaknya, menyatakan bahwa Musa memberi izin selama membuat surat cerai, Yesus langsung menukas, ”Karena kekerasan hatimulah Musa menuliskan perintah ini untuk kamu.” Di mata Yesus akar perceraian adalah kekerasan hati.
Kalau memang sudah ingin bercerai, orang bisa mengumpulkan seribu satu alasan. Ia juga berupaya melakukan apa saja agar bisa bercerai. Dan alasan yang sering mengemuka adalah ”sudah tidak cocok lagi”. Mereka berkata, ”Ya, dahulu kami cocok, sekarang tidak lagi karena dia sudah berubah!” Ada juga yang bilang, ”Sudah enggak ada rasa lagi.”
Alasan-alasan itu biasanya dikemukakan untuk mendulang simpati. Namun, kalau ditelusuri semuanya berhulu pada kekerasan hati.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Berikur tautan untuk mendengarkan dalam versi siniar:
n.b.: Dukung pelayanan digital via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media!