Keselamatan Jiwa
Sabda-Mu Abadi | 3 Februari 2024 | 1Pet. 1:8-9
”Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira dengan rasa sukacita yang mulia dan tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.”
Keselamatan jiwa. Itulah tujuan iman setiap Kristen. Dan iman itu kepada Yesus tak sekadar gerakan bibir, tetapi sungguh lahir dari batin dan diterapkan dalam hidup sehari-hari. Karena itu pula orang yang telah mendapatkan keselamatan jiwa dipanggil hidup sebagai orang yang telah diselamatkan. Dia tidak boleh hidup seenaknya sendiri.
Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira dengan rasa sukacita yang mulia dan tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” Ya, seorang Kristen tidak boleh hidup semaunya. Keselamatan jiwa itu mesti dihidupi dalam keseharian. Caranya adalah dengan tetap bergembira dengan rasa sukacita yang mulia dan tidak terkatakan.
Sukacita bukan sekadar eforia, tetapi sukacita yang mulia. Sukacita itu mesti murni sifatnya. Jadi bukan sekadar kegembiraan karena lebih beruntung daripada orang lain. Atau merasa lebih disukai Allah ketimbang orang lain.
Sukacita yang murni hanya mungkin ketika manusia dialiri oleh sukacita Allah. Dan sukacita macam begini sering sulit untuk dijelaskan, meski—tentu saja—bisa dirasakan.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Claudio S.