Kidung bagi TUHAN

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 28 Juni 2024 | Kel. 15:1-21

Menyeberangi Laut Teberau adalah mukjizat. Allah menyibakkan air laut itu sehingga terbentuk dinding air di kanan dan kiri, sehingga semua orang Israel—juga binatang-binatang peliharaan mereka—dapat melintasi tanah kering di antara dua dinding air itu. Namun, Allah tak menghendaki Firaun dan tentaranya melewati dinding air itu. Mereka semua binasa.

Penulis Kitab Keluaran mencatat: ”Pada waktu itu Musa bersama orang Israel menyanyikan kidung ini bagi TUHAN, ’Aku hendak bernyanyi bagi TUHAN, sebab Ia luhur dan jaya, kuda dan penunggangnya dicampakkan-Nya ke dalam laut. TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Dia telah menjadi keselamatanku. Dia Allahku, kupuji Dia, Dia Allah bapaku, kutinggikan Dia. TUHAN itu pahlawan perang; TUHAN, itulah nama-Nya.”

Musa memimpin umat Israel memuji Allah karena segala perbuatan Allah bagi Israel. Tentu saja, ini bukan hanya ketika Allah membinasakan Firaun dan bala tentaranya. Namun, mulai dari tulah pertama hingga kesepuluh memperlihatkan bahwa Allah itu Mahakuasa. Dan karena itu, Musa dalam kidungnya menegaskan bahwa Allah itu kekuatan, mazmur, dan penyelamatnya.

Manusia memang punya kekuatan. Akan tetapi, Musa menyatakan bahwa kekuatannya itu berasal dari Allah sendiri. Pada kenyataannya memang demikian. Kekuatan manusia, kalau manusia mau jujur dan terbuka, semuanya berasal dari Allah sendiri.

Berkait kidung, sepertinya Musa hendak mengatakan bahwa Allah adalah satu-satunya Pribadi yang layak dipuji. Pujian kepada manusia itu baik, tetapi tidak boleh melebihi pujian kepada Allah. Bagaimanapun, Allahlah yang menciptakan manusia. Kebaikan apa pun yang dibuat manusia pun bersumber dari Allah sendiri.

Dan Musa pun mengakui bahwa Allah adalah penyelamatnya. Tak hanya dirinya, Allah penyelamat Israel sebagai sebuah bangsa. Nasib Israel di tepi Laut Teberau itu bak telur di ujung tanduk. Di depan Laut Teberau di belakang Firaun dan bala tentaranya. Pada titik ini memang hanya Allah yang sanggup menyelamatkan. Ya, Allahlah penguasa alam semesta. Allah yang sanggup melawan hukum alam karena Dialah pencipta hukum alam.

Menarik disimak, Miryam, kakak Musa, sang nabiah itu, juga mengajak semua perempuan memuji Allah. Ya, baik laki-laki maupun perempuan mengakui betapa Allah Israel itu sungguh kasih dan perkasa.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar:

Foto: Unsplash/Susanna M.