Kita Memang Berbeda

Published by Sri Yuliana on

Pernahkah Anda mendengar seorang motivator atau seorang pendeta dari aliran teologi tertentu berkata, ”Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama. Punya waktu yang sama 24 jam sehari. Kita sama-sama makan nasi. Nasi yang sama. Mengapa ada orang sukses, ada orang yang kaya, dan Anda menjadi orang yang biasa-biasa saja? Pasti ada yang salah dengan kehidupan Anda?” Jika seorang pendeta, sering kali ditambahkan, ”Ada dosa dan kutuk yang belum diselesaikan, sehingga hidup Anda tidak diberkati.” Benarkah demikian?

Seolah-olah benar. Benar karena seseorang mempunyai waktu yang sama 24 jam sehari. Makan nasi yang sama? Tentu saja tidak. Orang yang biasa belanja di mini-mart sebelah rumah tentu saja terbiasa dengan beras premium seharga Rp64.000,- per kemasan 5kg, sebelum diskon. Sementara konsumen di pasar-pasar tradisional mempunyai lebih banyak pilihan untuk memilih beras dengan harga Rp9.500/kg. Dari situ saja sudah tampak adanya perbedaan.

Pada 2021 terbit sebuah buku yang berjudul ”Unfair Advantage” karya Ash Ali dan Hasan Kubba. Di buku itu dijelaskan bahwa seseorang mempunyai MILES yang berbeda dengan orang lain, kecuali saudara kandung. Yang dimaksud dengan MILES adalah Money, Intelectual, Location, Education/Expertise, (Social) Status. Jadi setiap orang tentu lahir di keluarga yang berbeda, yang satu dari keluarga kaya yang lain dari keluarga yang harus berjuang (M). Yang satu lahir dari keluarga yang punya kebiasaan membaca, yang lain tidak (I). Yang satu lahir, tumbuh dan berkembang di kota, satu lagi di desa (L), tentu saja berbeda. Demikian juga, yang satu cuma lulus D3 yang satu lagi lulus S3, tentu saja berbeda. Dan satu lagi S, status sosial. Tentang S ini, salah seorang putra presiden pernah berucap, ”Ya, itu namanya privilege, kan. Saya mengakui itu kok. Saya mau pembelaan gimana pun pasti ada privilege, kan? Namanya pebisnis kita maksimalin asalkan tanggung jawab.” Demikian katanya saat menjawab pertanyaan wartawan mengenai hubungan antara bisnisnya yang sukses dan statusnya sebagai anak presiden.

Jadi, jangan percaya begitu saja apa kata motivator atau pendeta tertentu yang berkata bahwa kita punya peluang yang sama. Tidak. Setiap orang punya titik start yang berbeda. Persoalannya, bagaimana kita mengelola advantage atau kelebihan yang kita miliki. Kelola talenta Anda dengan baik (bdk. Matius 25:14-30).

Sri Yuliana | Tangan Terbuka Media

Foto: Unsplash/Ryoji Iwata