Kitab Perjanjian
Sabda-Mu Abadi | 23 Agustus 2024 | Kel. 24:1-11
”Lalu Musa datang dan memberitahukan kepada bangsa itu segala firman TUHAN dan segala peraturan itu. Seluruh bangsa itu menjawab dengan suara bulat, ’Segala firman yang telah diucapkan TUHAN akan kami lakukan.’ Musa menuliskan segala firman TUHAN itu. Keesokan paginya ia mendirikan mezbah di kaki gunung itu dan dua belas tugu sesuai dengan kedua belas suku Israel. Kemudian ia mengutus orang-orang muda dari bangsa Israel supaya mereka mempersembahkan kurban bakaran dan menyembelih lembu-lembu jantan sebagai kurban keselamatan kepada TUHAN. Sesudah itu, Musa mengambil sebagian dari darah itu, dituangkannya ke dalam bejana-bejana, sebagian lagi disiramkannya pada mezbah itu. Ia mengambil Kitab Perjanjian itu, membacakannya di hadapan bangsa itu dan mereka berkata, ’Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan taati’” (Kel. 24:3-7).
Berkait perjanjian antara TUHAN dan umat-Nya, ada refrein yang keluar dari mulut seluruh bangsa Israel: ’Segala firman TUHAN akan kami lakukan.’ Firman Allah wajib direspons umat Allah. Itu merupakan keniscayaan. Aneh rasanya, jika umat Allah tidak melakukan dan menaati firman Allah.
Menarik disimak, Musa merasa perlu menuliskan segala firman yang diucapkan TUHAN itu pada sebuah kitab. Langkah ini sepertinya diambil agar bangsa Israel mempunyai pegangan. Jadi, tidak bergantung melulu pada ingatan yang pasti akan pudar seiring waktu.
Musa tampaknya juga memahami bahwa usia tulisan sering kali lebih lama ketimbang manusia. Dengan menuliskan segala firman TUHAN itu dalam satu kitab, umat tidak lagi bergantung penuh pada diri Musa selaku pemimpin. Sepertinya Musa pun sudah mengantisipasi seandainya dia meninggal sewaktu-waktu. Boleh dikata Kitab Perjanjian itu merupakan salah satu warisan terpenting Musa.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Silakan klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar: