Konsekuensi Logis

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 21 September 2025 | Mat. 10:37-39

”Siapa saja yang mengasihi ayah atau ibunya lebih daripada Aku, ia tidak layak bagi-Ku; siapa yang mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Siapa yang tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Siapa yang mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan siapa yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.”

Perkataan-perkataan Sang Guru ini sungguh logis. Ketika seseorang mementingkan ikatan-ikatan keluarga lebih daripada ikatan dengan Yesus Orang Nazaret, orang itu tidak layak bagi Yesus. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Orang yang mengasihi bapaknya atau ibunya lebih daripada-Ku tidak patut menjadi pengikut-Ku. Begitu juga orang yang mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada-Ku.”

Tentu saja, Yesus tidak menganjurkan para pengikutnya untuk memutus ikatan keluarga sama sekali. Namun, semua ikatan keluarga itu tidak boleh mengikat mereka dan menganggap lebih penting ketimbang relasi dengan Sang Guru. Itu konsekuensi logis pengikut Kristus.

Menjadi pengikut Yesus berarti meneladan Yesus. Dan yang membedakan Yesus Orang Nazaret dari kebanyakan guru adalah salib. Sang Guru memikul kesalahan semua orang di atas kayu salib. Dan karena itu, panggilan setiap murid Kristus adalah memikul salibnya masing-masing.

Dengan cara itulah mereka tetap hidup baik di bumi maupun di surga. Memikul salib berarti bersekutu dalam kematian Kristus. Dan setiap orang yang bersekutu dalam kematian Kristus akan bersekutu pula dalam kebangkitan-Nya.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media Anda

Berikut tautan untuk mendengarkan siniar Sabda-Mu Abadi:

Foto: googlestudio

n.b.: Dukung pelayanan digital kami via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media!