Makan

Published by Admin on

makan

Sabda-Mu Abadi | 11 Januari 2023 | Kis. 27:33-41)

”Menjelang fajar, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya, ’Sudah empat belas hari kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorang pun di antara kamu akan kehilangan sehelai pun dari rambut kepalanya.’ Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan. Semua orang itu kembali bersemangat dan mereka pun makan juga.”

Menanti memang tidak menyenangkan. Apalagi menanti kapan badai akan berakhir. Di tengah laut pula. Dan itulah yang menjadi kekhawatiran Paulus.

Menunggu ketidakpastian dalam bencana membuat orang lupa untuk mengisi perutnya. Itu juga yang sering terjadi. Dalam duka orang sering lupa makan. Sehingga, setelah duka berakhir, mereka malah sakit.

Oleh karena itu, Paulus mengajak semua orang dalam kapal itu makan. Itu bukan tanpa dasar. Paulus menyatakan bahwa tak ada seorang pun yang akan mati di dalam laut. Dan dia pula yang memulainya. Tawanan dari Tarsus itu mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah, dan memakan roti itu di tengah para penumpang.

Sepertinya Paulus hendak memperlihatkan ada yang masih bisa disyukuri. Pertama, hidup itu sendiri. Meski masih berada dalam ketidakpastian, toh mereka masih hidup. Kedua, masih ada makanan. Ya, apa gunanya hidup kalau tubuh sakit karena enggak makan, padahal masih ada makanan. Ketiga, makan bersama itu membawa sukacita, bahkan semangat. Itu jugalah yang terjadi.

Dan ini catatan Lukas: jumlah semua orang dalam kapal itu 276 jiwa. Bukan jumlah yang sedikit. Semua kembali bersemangat.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/Yipengge