Memanggil Ilah Lain

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 16 Agustus 2024 | Kel. 23:12

”Kamu harus memperhatikan segala hal yang Kufirmankan kepadamu. Janganlah kamu memanggil nama ilah lain, janganlah nama itu terdengar dari mulutmu.”

Allah menegaskan umat-Nya untuk memperhatikan segala yang difirmankan-Nya. Memperhatikan berarti menggunakan hati. Tak hanya menyentuh tataran kognitif, tetapi juga afektif. Bukan hanya pikiran, tetapi perasaan.

Mengapa perasaan perlu ditekankan? Sebab, perasaanlah yang sering membuat manusia berubah pikiran. Apalagi berkait dengan hubungan di antara dua pribadi.

Sejatinya, sejak awal, dalam Firman Pertama, Allah menegaskan:
”Jangan ada padamu ilah lain dihadapan-ku.” Jelas di sini, Allah tak mau diduakan. Sebab, Ia adalah satu-satunya Pribadi yang telah membebaskan Israel dari perbudakan di Tanah Mesir. Sejak peristiwa pembebasan itu, Allah telah menjadi tuan atas Israel. Sehingga Ia menuntut penyembahan yang eksklusif. Monoteisme merupakan keniscayaan bangsa Israel.

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Perhatikanlah segala yang telah Kukatakan kepadamu. Jangan memuja ilah-ilah lain, bahkan menyebut namanya pun tak boleh.”

Mengapa menyebut namanya saja tidak boleh? Bisa saja awalnya cuma penyebutan nama. Namun, tidak menutup kemungkinan, hati malah tertarik untuk menyembahnya. Terlebih ketika Allah dirasa tidak lagi peduli dengan persoalan-persoalan konkret manusia.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Silakan klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar:

Foto: Unsplash/Jack D.