Mendengar, Mengingat, dan Memperhatikan
Sabda-Mu Abadi | 29 Mei 2024 | Kel. 2:23-25
Empat puluh tahun sudah Musa tinggal bersama Yitro mertuanya. Kelihatannya ia pun sudah mengurungkan niatnya untuk membela nasib saudara-saudara sebangsanya. Lagipula sebagai pelarian, Musa tak punya pasukan. Kalau pun ada yang bisa disebut kawanan, itu hanyalah kawanan kambing domba Yitro.
Namun, penulis Kitab Keluaran mencatat: ”Lama sesudah itu matilah raja Mesir, tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan. Mereka berseru-seru karena perbudakan itu dan teriakan mereka minta tolong sampai kepada Allah. Allah mendengar rintihan mereka, lalu Ia mengingat perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Lalu Allah memperhatikan orang Israel dan mempedulikan mereka” (Kel. 2:23-25).
Firaun—yang telah menjatuhkan vonis hukuman mati bagi Musa—wafat. Namun, penderitaan bangsa Israel belum berakhir. Pemimpin berganti, tetapi kebijakan terhadap bangsa pendatang tetap. Sepertinya bangsa Israel telah menjadi aset—sekaligus pekerja tanpa upah—bagi bangsa Mesir.
Dalam keadaan seperti itu, penulis Kitab Keluaran menyatakan bahwa Allah adalah Pribadi yang mendengar, mengingat, dan memperhatikan. Allah mengingat perjanjian-Nya kepada Abraham. Allah pernah menjanjikan tanah, keturunan, dan berkat. Dan Allah bukanlah Pribadi yang ingkar janji. Di Mesir itu, meski hanya budak, Allah menjadikan Israel menjadi sebuah bangsa besar, yang membuat penguasa Mesir takut karena banyaknya.
Karena itulah, Allah memperhatikan. Lalu apa yang membedakan antara mendengar dan memperhatikan. Memperhatikan berarti melihat lebih dalam. Dan kata dasar memperhatikan adalah hati. Dan dari hati yang tersentuh itulah tindakan mewujud. Itu jugalah yang seharusnya menjadi penghiburan bagi kita—orang percaya abad XXI ini.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi audio: