Menderita karena Berbuat Baik

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 27 Februari 2024 | 1Ptr. 3:17

”Sebab, lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, daripada menderita karena berbuat jahat.”

Petrus sepertinya merasa perlu menegaskan ada perbuatan baik yang dikehendaki Allah, ada pula yang tidak. Kok bisa? Di sini agaknya Petrus hendak menyatakan bahwa baik manusia maupun Allah mempunyai ukuran kebaikan sendiri.

Apa yang baik menurut manusia belum tentu baik menurut Allah. Ukuran kebaikan manusia sering didasarkan pada pikirannya yang serbaterbatas dan perasaannya yang serbaberubah.

Sedangkan apa yang baik menurut ukuran Allah, meski kadang dirasa tidak baik oleh manusia, pada akhirnya, seiring waktu, manusia akan merasakannya sebagai hal yang baik juga. Mengapa? Karena Allah Mahakuasa. Ia sungguh tahu apa yang sungguh-sungguh baik untuk manusia.

Sehingga yang paling penting bagi manusia adalah selalu menyesuaikan kebaikannya dengan kebaikan Allah. Ini menjadi penting mengingat keterbatasannya dan kemahaan Allah.

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Lebih baik menderita karena berbuat baik—kalau itu adalah kemauan Allah—daripada menderita karena melakukan yang jahat.” Pada titik ini kemauan Allah menjadi standar.

Itu berarti kita tidak perlu mencari-cari penderitaan. Namun, kalau harus menderita karena kehendak Allah, tak perlu kita menolaknya. Itu menjadi panggilan kita sebagai hamba Allah.

Kalau menderita karena berbuat jahat, itu mah sudah konsekuensi. Tak ada kejahatan yang bebas dari hukuman.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/Tim A.