Menertawakan Dia

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 6 September 2025 | Mat. 9:23-26

”Ketika Yesus tiba di rumah pemuka itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut, berkatalah Ia, ’Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur.’ Namun, mereka menertawakan Dia. Setelah orang banyak itu disuruh keluar, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. Tersebarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu.”

Para peniup seruling dan orang-orang yang berada di rumah perkabungan itu menertawakan Yesus. Sebab, Sang Guru mengusir mereka dan mengatakan bahwa anak itu sedang tidur. Bagi mereka tindakan dan omongan Yesus sungguh absurd. Bagaimana mungkin menyatakan bahwa anak yang nyata-nyata sudah meninggal itu hidup?

Di mata Yesus anak itu memang tidur. Karena itu, Ia ingin membangunkannya. Dan memang itulah yang terjadi.

Apa yang bisa kita pelajari dari kisah ini? Sepertinya kita mesti belajar melihat sesuatu sebagaimana Tuhan melihat. Di sini penting bagi kita untuk memahami persoalan sebagaimana Allah memahaminya. Itu berarti kita mesti mengubah cara pandang kita.

Mengapa? Sebab Allah adalah Tuhan dan kita adalah hamba-Nya. Aneh rasanya jika kita bersikukuh pada cara pandang kita sendiri. Kalau sudah begini siapa sesungguhnya yang menjadi Tuan?

Berkait menertawakan Allah, kisah ini bukan barang baru. Ibu leluhur bangsa Yahudi—Sara istri Abraham—juga pernah menertawakan Allah. Namun, Allah tetap sabar dan akhirnya membuat ia sungguh-sungguh tertawa ketika melahirkan Ishak. Bukan tertawa karena ketidakpercayaan, melainkan tertawa karena syukur.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media Anda

Berikut tautan untuk mendengarkan siniar Sabda-Mu Abadi:

Foto: GKAGloria

n.b.: Dukung pelayanan digital kami via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media!