Menghadap Firaun  

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 7 Juni 2024 | Kel. 6:27–7:13

Pengutusan Musa kepada Firaun lagi-lagi ditingkah Musa oleh kecemasan akan kelemahannya: tak pandai bicara. Ketakpandaian bicara merupakan momok bagi Musa. Bagaimana mau berkomunikasi dengan Firaun jika dia sendiri tak fasih bicara?

Namun demikian, lagi-lagi Allah mengingatkan bahwa Ia memang sengaja memilih Musa yang tak pandai bicara itu. Dan pilihannya itu mutlak, tak bisa ditawar.

Namun, bukan tanpa jalan keluar. Allah berfirman kepada Musa, ”Lihat, Aku menjadikan engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu itu, akan menjadi seperti nabimu. Engkau harus mengatakan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan Harun, abangmu, harus berbicara kepada Firaun, supaya ia membiarkan orang Israel itu pergi dari negerinya” (Kel. 7:1-2).

Kelihatannya Allah memang ingin melibatkan sebanyak mungkin orang dalam karya-Nya. Tampaknya Allah ingin kepemimpinan Israel tidak hanya bertumpu pada satu orang saja. Lagi pula, dengan pembagian kerja semacam ini, Musa tidak perlu terlampau lelah menyiapkan bahan percakapan dengan Firaun. Dengan cara begini, Musa pun bisa belajar untuk tidak hanya mengandalkan pada kekuatannya sendiri, tetapi belajar mengandalkan orang lain, dan tentu saja hanya dalam pengandalan akan kekuatan Allah sendiri.

Itu terlihat dalam penjelasan Allah berikutnya: ”Tetapi, Aku akan mengeraskan hati Firaun dan memperbanyak tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat yang Kubuat di tanah Mesir. Firaun tidak akan mendengarkan kamu, maka Aku akan menimpakan tangan-Ku atas Mesir dan mengeluarkan barisan-Ku, umat-Ku, orang Israel, dari tanah Mesir dengan hukuman-hukuman yang berat. Orang Mesir itu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan ketika Aku mengacungkan tangan-Ku terhadap Mesir dan membawa orang Israel keluar dari antara mereka” (Kel. 7:3-5).

Jelaslah Allah sendirilah yang membiarkan Firaun keras kepala. Allah sengaja tidak mengubah pendirian Firaun dengan segala tulah yang ada. Dan semuanya itu bertujuan agar semua orang mengetahui bahwa Dialah TUHAN. Ya, tujuan dari semua karya Allah adalah agar manusia mengetahui bahwa Dialah TUHAN. 

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan berikut untuk mendengarkan versi siniar:

Foto: Unsplash/M. Henderson