Mengobarkan Karunia Allah

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 12 Juli 2023 | 2Tim. 1:6-7

”Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah, yang ada padamu melalui penumpangan tanganku atasmu. Sebab, Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan penguasaan diri.”

Demikianlah nasihat Paulus. Ia mendorong Timotius untuk mengobarkan karunia Allah yang ada pada dirinya melalui penahbisannya sebagai pemimpin jemaat. Paulus sepertinya hendak menyatakan bahwa karunia itu, bagai api, bisa padam. Dan semuanya itu ada dalam tanggung jawab sang penerima karunia. Karena itu, Paulus mengajak Timotius untuk mengobarkannya.

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Sebab itu saya mengingatkan engkau untuk memperhidup karunia yang diberikan Allah kepadamu pada waktu saya meletakkan tangan saya ke atasmu.” Di sini dipakai istilah ”memperhidup”. Memperhidup berarti membuat hidup. Artinya: karunia bisa mati. Atau, diambil lagi oleh Sang Pengarunia.

Dalam Kitab Suci tertulis: ”Mulané kowé dakweling supaya kowé sregep nglakoni pegawéan….” Paulus meminta Timotius supaya sregep—sudah diadopsi oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia—yang berarti tekun atau rajin dalam mengerjakan tugas selaku pemimpin jemaat.

Berkait dunia kerja, ”karunia Allah melalui penumpangan tangan” mirip surat keputusan pengangkatan (SK) karyawan. Dan bagian karyawan adalah menjalani tugasnya—sesuai surat keputusan itu—dengan sebaik-baiknya.

Dan Paulus punya alasan lain untuk nasihatnya ini: Allah memberikan roh yang membangkitkan kasih, kekuatan, dan ketertiban. Ya, Allah tidak memberikan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kasih, kekuatan, dan penguasaan diri. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Sebab Roh yang Allah berikan kepada kita, bukanlah Roh yang membuat kita menjadi penakut. Sebaliknya Roh Allah itu membuat kita menjadi kuat, penuh dengan kasih dan dapat menahan diri.”

Ya, Roh memberikan kita kekuatan untuk mengerjakan tugas seturut SK, menjalani tugas itu dengan penuh kasih, mampu menguasai diri berkenaan dengan tugas tersebut. Nah, mengapa pula perlu menguasai diri? Yang perlu diingat, kita hanyalah orang kepercayaan dan kita tidak boleh bertindak melebihi—apalagi di luar—Allah yang telah memercayakan tugas itu!

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/J. Mast