Nuh
Sabda-Mu Abadi | 4 April 2024 | 2Ptr. 2:5
”Allah juga tidak menyayangkan dunia purba. Ia hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lainnya, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik.”
Setelah berbicara mengenai malaikat-malaikat yang berdosa—yang tidak lepas dari hukuman Allah—Petrus beralih ke kisah purbakala. Allah cuma menyisakan keluarga Nuh dan sepasang dari segala hewan darat dan burung. Yang lainnya musnah dalam air bah.
Bisa jadi kita—orang percaya abad ke-21—merasa bahwa Allah itu begitu kejam. Ia tidak menyayangkan ciptaan-Nya musnah dalam bencana itu. Namun, kita mesti insaf, Allah sendiri pasti lebih sedih ketika rasa keadilan-Nya membuat Ia harus menghancurkan ciptaan-Nya sendiri. Yang salah memang harus dihukum. Dan Allah ingin membarui dunia ciptaan-Nya.
Karena itu, Allah menyelamatkan Nuh dan keluarganya. Penulis Kitab Kejadian menulis: ”Tetapi, Nuh mendapat kemurahan hati TUHAN” (Kej. 6:8). Meski ada catatan bahwa Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya dan hidup bergaul dengan Allah, namun penulis Kitab Kejadian mencatat bahwa semua adalah anugerah Allah semata. Sebab, Nuh pun tak pernah luput dari kesalahan. Setelah air bah, penulis Kitab Kejadian menceritakan bagaimana Nuh—yang marah karena tindakan Ham—mengutuk anaknya itu (Kej. 9:18-29).
Oleh karena itu, menjadi penting bagi kita untuk hidup kudus di hadapan Allah dan tetap memelihara keselamatan yang telah dianugerahkan bagi kita.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Lucas Dial