Orang yang Lemah Iman

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 19 April 2023 | Rm. 14:1-4

”Terimalah orang yang lemah imannya tanpa memperdebatkan pendapatnya. Yang seorang yakin, bahwa ia boleh makan segala jenis makanan, tetapi orang yang lemah imannya hanya makan sayur-sayuran saja. Siapa yang makan, janganlah menghina orang yang tidak makan, dan siapa yang tidak makan, janganlah menghakimi orang yang makan, sebab Allah telah menerima orang itu. Siapakah engkau, sehingga engkau menghakimi hamba orang lain? Entah ia berdiri, entah ia jatuh, itu urusan tuannya sendiri. Namun, ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri.”

Berkait orang lemah iman, Paulus menasihati warga jemaat di Roma untuk tidak memperdebatkan pendirian imannya. Mengapa? Berkenaan iman, sesungguhnya setiap orang sedang berada dalam peziarahan iman.

Orang percaya—selama hidup di dunia—berada dalam proses pertumbuhan. Dan karena itu, kita tidak perlu menghakiminya. Tentu, baik menyatakan pendirian iman kita, tetapi jangan sampai kita malah menganggap lebih hebat dari mereka.

Di Roma, pada masa itu, daging yang diperjualbelikan biasanya daging kurban yang telah dipersembahkan kepada dewa-dewa. Nah, ada orang Kristen yang percaya bahwa dewa-dewa itu tidak ada—kalaupun diyakini ada pasti di bawah kuasa Allah—merasa tidak bermasalah memakan daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala. Sedangkan orang lain merasa bersalah jika memakan daging kurban itu.

Karena itu, Paulus menekankan bahwa yang makan daging jangan merasa hebat, yang tidak makan jangan merasa benar. Semuanya punya alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Sekali lagi, karena selama masih ada di dunia, setiap orang sedang dalam proses pertumbuhan iman.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/Maxx Miller