Pekabaran Injil

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi |26 Maret 2023 | Rm. 10:14-15

Namun, bagaimana orang dapat berseru kepada Dia yang belum mereka percayai? Bagaimana orang dapat percaya kepada Dia yang belum pernah mereka dengar? Bagaimana orang dapat mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Bagaimana orang dapat memberitakan-Nya, jika tidak diutus? Seperti tertulis, ’Alangkah menyenangkan Langkah-langkah mereka yang membawa kabar baik!’”

Alur pikir—juga gaya penulisan—Paulus memang logis dan jitu. Dengan kata lain, Paulus hendak menegaskan orang hanya mungkin percaya ketika mendengar; orang hanya mungkin mendengar saat ada yang berbicara; orang hanya mungkin berbicara jika ada yang mengutusnya. Semua bermuara pada pekabaran Injil.

Nah, yang juga baik untuk kita cermati adalah pekabaran Injil bukan melulu inisiatif pribadi. Bisa saja ada benih kerinduan dalam diri seseorang untuk memberitakan Injil, namun tetap saja harus ada sekelompok orang yang mengutusnya. Karena hanya dengan cara demikianlah pekabaran Injil itu bisa dipertanggungjawabkan. Artinya, tidak hanya tanggung jawab pribadi, tetapi juga tanggung jawab kelompok.

Mengapa ini penting? Sebab cobaan dan godaan selalu membayangi. Jika tidak ada yang mengutus, kemungkinan dia akan merasa sendirian atau bisa jadi malah bertindak sesukanya. Memang benar, Tuhanlah yang mengutus, tetapi yang juga benar adalah umat Allah harus bertanggung jawab dalam pekabaran Injil. Merekalah yang harus bertanggung jawab memenuhi kebutuhan orang-orang yang diutus. Sekali lagi, pekabaran Injil adalah tanggung jawab bersama.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/Stephen R.