Penerapan Manajemen Pengetahuan Nonaka dan Takeuchi bagi Tim Pemilu 2024

Pemilu 2024 di Indonesia akan menjadi momen penting bagi bangsa Indonesia untuk memilih pemimpin dan wakil rakyat yang akan memimpin negara ini pada tahun-tahun mendatang. Di Indonesia pemilu dilakukan secara berkala setiap lima tahun sekali. Pengundian nomor urut partai politik (parpol) peserta Pemilu 2024 digelar pada Rabu (14/12/2022) di Gedung KPU, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat. Penarikan nomor urut dipimpin langsung oleh Ketua KPU Hasyim Asy’ari. Terdapat 18 partai nasional dan 6 partai lokal Aceh yang telah ditetapkan sebagai peserta Pemilu 2024. Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga mengumumkan Daftar Pemilih Sementara (DPS) Pemilu 2024, lebih dari 200 juta pemilih, yaitu 205.833.518 pemilih.
Dibanding dengan jumlah penduduk negara ASEAN lainnya, angka pemilih di Indonesia ini hampir dua kali lipat dari jumlah penduduk Filipina, tiga kali lipat Thailand, dan hampir lima kali lipat Malaysia. Suatu jumlah yang besar yang perlu dikelola dengan baik. Karena itu, calon atau kandidat pemimpin dan tim kampanye pemilu harus mempersiapkan diri secara maksimal demi kemenangan pemilu.
Salah satu cara persiapannya adalah dengan menerapkan model Manajemen Pengetahuan Nonaka dan Takeuchi. Nonaka dan Takeuchi adalah dua tokoh yang terkenal dalam bidang manajemen pengetahuan. Ikujiro Nonaka adalah seorang profesor emeritus di Hitotsubashi University di Tokyo, Jepang. Sementara itu, Hirotaka Takeuchi adalah seorang profesor di Harvard Business School. Mereka dikenal sebagai pencetus konsep Spiral of Knowledge yang diperkenalkan melalui buku yang berjudul The Knowledge-Creating Company yang diterbitkan pada 1995.

Model ini berfokus pada bagaimana organisasi dapat mengelola pengetahuan mereka untuk menciptakan nilai tambah. Model Manajemen Pengetahuan Nonaka dan Takeuchi terdiri atas empat fase: sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi. Berikut sebuah pandangan tentang penerapan model Manajemen Pengetahuan Nonaka dan Takeuchi menjelang Pemilu 2024 di Indonesia bagi tim kampanye pemenangan pemilu masing-masing calon atau kandidat pemimpin:
Sosialisasi
Tahap pertama adalah sosialisasi, yaitu fase di mana individu bertukar pengetahuan dan pengalaman. Kandidat dan tim kampanye harus membentuk kelompok individu dengan latar belakang dan pengalaman yang beragam. Dalam kelompok, individu harus berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka. Ini membantu tim mengidentifikasi masalah yang relevan dan mengembangkan strategi kampanye yang efektif.
Eksternalisasi
Tahap kedua adalah eksternalisasi, tahap di mana informasi yang disimpan oleh individu diubah menjadi bentuk yang dapat diakses oleh orang lain. Kandidat dan tim kampanye harus mengubah informasi mereka menjadi informasi yang tersedia untuk umum. Ini dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti melalui situs web, media sosial, dan kampanye iklan.
Kombinasi
Tahap ketiga adalah kombinasi, di mana pengetahuan dari orang yang berbeda digabungkan untuk menciptakan pengetahuan baru. Kandidat dan tim kampanye harus menggabungkan beragam pengetahuan dan pengalaman mereka untuk mengembangkan strategi kampanye yang lebih efektif. Hal ini dapat dilakukan melalui diskusi dan kerja sama antaranggota tim kampanye.
Internalisasi
Tahap keempat adalah internalisasi, di mana pengetahuan yang diciptakan diperkenalkan kembali ke dalam organisasi. Kandidat dan tim kampanye harus memastikan bahwa informasi yang dihasilkan pada langkah sebelumnya dapat dimasukkan ke dalam strategi kampanye. Hal ini dapat dicapai dengan memastikan bahwa semua anggota tim kampanye memahami strategi kampanye dan terlibat dalam mencapai tujuan kampanye.
Hal terpenting dalam semua proses tersebut adalah kandidat atau calon pemimpin dan tim kampanye pemenangan pemilu dapat tetap menjaga nilai-nilai persatuan bangsa Indonesia dengan meninggalkan isu-isu yang mengarah pada perpecahan bangsa seperti SARA (suku, ras, agama, dan antargolongan). Hal yang menjadi kewajiban moral bagi tiap-tiap tim pemenangan pemilu setiap kandidat adalah menjadikan rakyat Indonesia sebagai pemilih yang cerdas.
Yustinus Yuniarto
Mahasiswa Program Doktoral Universitas Negeri Jakarta
Foto: Unsplash/Unsplash+ in collaboration with Galina Nelyubova