Percaya
Sabda-Mu Abadi | 20 September 2023 | Flm. 1:21
”Dengan percaya kepada ketaatanmu, kutuliskan ini kepadamu. Aku tahu, lebih daripada permintaanku ini akan kaulakukan.”
Paulus memohon kepada Filemon, berkait dengan Onesimus, karena dia percaya bahwa Filemon akan melakukannya. Jika dia tidak percaya terhadap kapasitas Filemon—ketaatan dan kasihnya—kemungkinan besar Paulus tidak akan menulis surat kepada Filemon.
Biasanya orang akan meminta tolong kepada orang yang dia yakin mampu dan mau memberikan pertolongan kepadanya. Meminta tolong kepada orang yang mampu, tetapi tidak mau menolong, hanya akan membuat kita sedih. Namun, meminta tolong kepada orang yang mau, tetapi tidak mampu menolong, akan membuat dia frustrasi.
Sekali lagi, Paulus memohon karena Filemon memang terkenal mampu dan mau menolong. Apalagi, ada gambaran yang lebih besar berkait dengan pertolongan itu.
Pengampunan Filemon akan membuat Onesimus lebih bersemangat lagi dalam mengabarkan Injil. Dengan demikian, persoalan maaf dan memaafkan ini bukan sekadar persoalan dua pribadi, tetapi juga persoalan Kerajaan Allah.
Di sini kita, orang percaya abad ke-21, dapat memetik hikmahnya. Pengampunan itu ternyata berdampak luas. Tak hanya masalah dua orang, tetapi juga persoalan Allah sendiri. Dan Allah senantiasa menghendaki keutuhan hubungan di antara umat-Nya. Sehingga, ketika kita mengampuni orang lain, sejatinya itu bukan sekadar melegakan orang itu, tetapi melegakan Allah, yang mengasihi baik orang yang minta maupun yang memberi maaf.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Andy M.