Pergi ke Daerah Tirus

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 22 Desember 2024 | Mrk. 7:24

”Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak ingin seorang pun mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan.”

Sang Guru memang gemar bergerak. Dia tidak mau diam. Dia suka berkarya. Di awal Injilnya, Markus juga mencatat bagaimana Yesus bangun ketika hari masih gelap dan berdoa (Mrk. 1:35). Sang Guru biasa memulai hari dengan doa. Setelah itu, bak mentari Yesus bergerak. Dia senantiasa ingin melakukan sesuatu: bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk orang lain.

Catatan Penginjil Markus tadi memperlihatkan Yesus sebagai pribadi merdeka. Dia bebas bergerak. Dia tidak bergerak menurut kata orang. Bahkan, gerakannya melampaui garis demarkasi yang dibuat orang pada masa itu.

Frasa ”pergi ke daerah Tirus” berarti melangkahkan kaki ke tempat yang dianggap kafir. Itu bukan perkara biasa. Kebanyakan orang Yahudi menganggap diri umat pilihan. Untuk mempertahankan status tersebut, mereka berupaya untuk tidak tercemar. Mereka segan bergaul dengan bangsa non-Yahudi. Sekali lagi, takut tercemar.

Yesus berbeda. Guru dari Nazaret itu sengaja menjejakkan kaki-Nya di Tirus. Dia tak takut tercemar, bahkan berkarya di ”wilayah kafir”.

Yesus paham setiap orang berbeda. Namun, Guru dari Nazaret ini tidak menjadikan perbedaan sebagai alasan untuk membedakan. Ketika melangkahkan kaki-Nya ke Tirus Yesus menganggap orang Tirus sama berharganya dengan orang Yahudi. Bahkan di antara orang non-Yahudi sendiri, sikap Yesus sama.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Silakan klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar:

Foto: Unsplah/Patric SE.