Persaudaraan Kristen

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 20 April 2024 | 2Ptr. 3:15-16

”Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh keselamatan, seperti yang telah dituliskan kepada kamu oleh Paulus, saudara kita yang terkasih, sesuai dengan hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dilakukannya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang hal-hal ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar dipahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan lemah imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka lakukan dengan tulisan-tulisan yang lain.”

Petrus mengajak pembaca suratnya untuk menganggap kesabaran Allah sebagai kesempatan bagi orang yang belum percaya untuk percaya dan orang yang sudah percaya untuk mengerjakan keselamatannya. Itu jugalah yang ditekankan Paulus dalam surat-suratnya.

Menarik disimak, bagaimana Petrus merasa perlu menyinggung nama Paulus—rekan kerjanya dalam Kristus. Sebab, dalam Surat kepada Jemaat di Galatia—kemungkinan besar Petrus juga tahu—Paulus menulis: ”Ketika Kefas datang ke Antiokhia, aku terang-terangan menentangnya, sebab ia salah. Sebab, sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut terhadap saudara-saudara yang bersunat” (Gal. 2:11-12).

Meski dalam surat Galatia, Paulus menceritakan bagaimana ia menegur Petrus, sang rasul sepertinya tidak memendam perasaan sakit hati. Bisa jadi Petrus telah menyadari kesalahannya. Waktu itu mungkin saja ia sakit hati. Siapa pula yang suka dikritik terang-terangan di hadapan orang banyak?

Nah, kita—orang percaya abad ke-21—bisa meneladan Petrus dalam hal ini. Ia menghargai Paulus. Bahkan, menjadikan tulisan Paulus sebagai referensi tambahan untuk mendukung argumennya berkait dengan Hari Tuhan.

Sejatinya inilah persaudaraan Kristen. Petrus—pemimpin umat Kristen saat itu—tidak merasa lebih hebat, tidak juga menganggap Paulus sebagai saingannya. Ia sungguh menghargai rekan kerjanya dalam Kristus.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/V. Ivanova