Politik adalah Moral

Published by Admin on

Apakah makna politik sebenarnya? Umumnya masyarakat memandang politik dan seluruh kegiatan politik hanyalah sarana untuk mengejar kedudukan dalam kekuasaan demi kepentingan pribadi atau kelompok. Hal ini memberikan pemahaman bahwa politik itu buruk dan kotor, bahkan menjijikkan. Anggapan buruk tersebut berangkat dari pengalaman kita saat melihat atau terlibat dalam aktivitas politik.

Politik sesungguhnya memiliki akar historis dan filosofis. Politik sejatinya sebuah ideologi. Sejak awal pendirian, politik dirumuskan untuk mencegah korupsi. Aristoteles merumuskan politik dengan sangat filosofis untuk mewujudkan kebaikan bersama (common good). Para teolog, kaum humanis, dan filsuf klasik Italia pada abad ke-13 merumuskan politik sebagai ilmu manusia tertinggi. Politik diletakkan sebagai ilmu manusia tertinggi karena bertujuan untuk membentuk kebaikan bersama dalam kehidupan manusia.

Karena itu, suatu kekeliruan ketika politik menjadi aktivitas yang busuk, kotor dan buruk. Pemahaman ini keliru dan ahistoris. Politik disusun untuk tujuan yang baik untuk mendukung keberadaan manusia sebagai makhluk sosial. Politik disusun untuk kebaikan manusia dan bukan dimaksudkan untuk mengejar kekuasaan demi menciptakan dominasi dan kekayaan.

Sejatinya politik harus berlandaskan moral. Mengapa? Karena untuk membentuk kehidupan yang baik, manusia harus memiliki kebaikan di dalam dirinya sendiri dan kepada sesamanya. Tanpa dasar moral, manusia akan gagal membangun ”politik” dan kebaikan bersama.

Politik yang sejati menuntut manusia harus bermoral, di mana, manusia harus menumbuhkan moralitas untuk kebaikan bagi dirinya sendiri dan orang lain. Moralitas adalah soal menata sikap, perilaku dan cara berpikir individu manusia agar hidup selaras dengan sesamanya manusia. Pada titik ini setiap manusia harus menempatkan orang lain sama pentingnya dengan dirinya sendiri. Manusia harus hidup dengan sesamanya dengan sikap yang baik, menghargai dan saling menyayangi. Politik adalah untuk membangun kehidupan sipil manusia, dan kehidupan sipil merupakan tujuan alami manusia.

Oleh karena itu, pemaknaan politik harus dikembalikan ke prinsip awalnya yang mendasarkan diri pada moralitas manusia. Sebab, tanpa basis moral politik tidak memiliki makna apa-apa dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia tidak dapat bertahan tanpa dasar moral. Ketika tidak berpijak pada moral, politik menjadi dunia yang kotor dan tidak bermakna seperti yang kita lihat saat ini. Politik menjadi kehilangan makna dan tujuan baiknya. Inilah realitas yang kita lihat dengan adanya kondisi kemiskinan dan ketimpangan sosial-ekonomi dalam kehidupan manusia. Sayangnya, politik dan seluruh aktivitasnya menjadi sesuatu yang dibenci oleh kebanyakan orang.

Politik telah mengalami kejatuhan dari tempatnya yang tinggi dan mulia. Jatuh menjadi rendah dan dipandang sebagai suatu kebusukan. Politik dianggap sebagai aktivitas yang buruk dan kotor. Politik dipandang hanya sebagai sarana mengejar keuntungan dan kepentingan diri dan kelompok dari para penguasa atau pejabat publik. Dunia politik dianggap hanya memberikan keuntungan bagi mereka yang berkuasa dan memimpin. Sementara isu dan masalah rakyat hanyalah jualan untuk mendapatkan suara dan dukungan dalam kampanye pemilihan. Kenyataan ini telah menggelisahkan manusia selama berabad-abad lamanya. Dunia politik bagaikan dunia yang sarat kebohongan dan korupsi, bahkan kejahatan.

Politik dengan seluruh aktivitasnya—baik itu dengan membentuk atau terjun terlibat ke dalam Partai politik; terlibat menjadi kandidat pejabat publik atau Kepala daerah atau menjadi anggota legislatif (DPR-RI/DPRD) ataupun sekadar memberikan partisipasi politik dalam pemilihan—sesungguhnya semua itu penting dan menentukan hajat kehidupan kita bersama. Lewat proses politik semua kebijakan dan aturan hukum dalam berbagai hal dirumuskan dan ditetapkan. Sayangnya, kehidupan politik telah didominasi oleh mereka yang memang mencari kekuasaan dan menyalahgunakan kekuasaan untuk menciptakan kekayaan pribadi bersama jejaring kekuasaan mereka.

Harus ada keinginan kuat dari kita untuk memecah kondisi ini dan mengarahkan politik kepada kebaikan dan keadilan. Dunia politik adalah dunia pertempuran antara manusia yang baik dan jahat. Sayangnya, lebih sering politik dan kampanye dimenangkan oleh individu dan kelompok jahat yang memenangkan pemilihan dengan segala cara. Lalu, di manakah orang-orang baik?

Memilih mundur dari dunia politik dan hanya merasa aman dalam rumah dan kesibukan atau pekerjaannya masing-masing. Atau, lebih sibuk dengan kegiatan keagamaan dan ibadah. Inilah yang membuat dunia politik terus menerus digeluti oleh orang-orang yang memperkaya diri dan kelompok jejaringnya.

Bahkan siklus dunia politik terus-menerus dilanjutkan oleh keluarga mereka yang berkuasa atau dinasti politik. Kampanye atau pemilihan pun menjadi kegiatan yang tidak lagi dihargai. Hasil kampanye terus-menerus mengecewakan karena memberikan kebohongan karena selalui diwarnai oleh pertarungan sumbangan uang dan logistik sembako. Politik dan kampanye menjadi aktivitas yang memuakkan, tercela dan akhirnya cenderung dihindari oleh kebanyakan warga. Kita harus menyadari bahwa politik itu penting. Lewat proses politik semua kepentingan bersama disusun dan diregulasi.

Betapa pun anggapan buruk terhadap politik dan lembaga legislatif, eksekutif maupun organisasi partai politik, sesungguhnya kita harus tetap memiliki kesadaran untuk aktif berpartisipasi dalam pemilihan umum. Jika orang-orang baik tidak bertarung dalam dunia politik, hanya orang-orang jahat yang memperkaya diri yang mewarnai politik dan jabatan publik.

S. Maeda Yoppy Nababan

Foto: Istimewa

Categories: Tala