Rukun

Sabda-Mu Abadi | 23 Januari 2025 | Mrk. 9:49-50
”Karena setiap orang akan digarami dengan api” (Mrk. 9:49).
Tak mudah memahami perkataan Yesus ini. Kata ”karena” kemungkinan besar dipakai untuk memperlihatkan bahwa bagian ini merupakan kelanjutan dari peringatan Yesus kepada para pengikut-Nya agar berhati-hati dengan tubuh mereka.
Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Setiap orang akan dimurnikan dengan api, seperti kurban disucikan dengan garam.” Pertanyaan yang layak diajukan: Apakah pemurnian atau penyucian ini terjadi di dunia kini atau di dunia baru? Harus kita akui bahwa kita tidak mengetahuinya.
Apa pun itu, nasihat Sang Guru tetap: ”Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi tawar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu senantiasa mempunyai garam dalam dirimu dan hidup berdamai seorang dengan yang lain.” Kita dipanggil untuk hidup seperti garam. Dan lebih spesifik Yesus menekankan bahwa kita dipanggil untuk hidup rukun satu sama lain.
Menurut Magnis Suseno dalam bukunya Etika Jawa, ”Sikap rukun bertujuan untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan harmonis. Rukun berarti ’berada dalam keadaan selaras’, ’tenang dan tentram’, dan ’tanpa perselisihan dan pertentangan’. Agar rukun, setiap individu bersedia menomorduakan, bahkan kalau perlu, melepaskan kepentingan-kepentingan pribadi demi kesepakatan bersama.”
Kerukunan mengandaikan bahwa manusia memang berbeda. Karena berbeda, harmonisasi menjadi kebutuhan mutlak. Salah satu contoh klasik dalam budaya Jawa adalah gamelan. Meski masing-masing alat musik berbeda—rebab, bonang, kendang, seruling, gambang, gender, gong, saron, siter, ketuk, kenong, kempul—mereka menyatu dan memadu guna menghasilkan tembang yang selaras.
Ya, itulah panggilan kita selaku pengikut Kristus.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Berikut adalah tautan untuk mendengarkan versi siniar:
n.b.: Dukung pelayanan digital via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media