Sabat

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 9 Juli 2024 | Kel. 20:8-11

”Ingat dan kuduskanlah hari Sabat.” Firman keempat ini bukanlah sesuatu yang asing bagi kita—orang percaya abad ke-21. Terlebih, sejak Indonesia merdeka, pemerintah menetapkan Hari Minggu sebagai hari libur. Dan sudah hampir dua dekade ini pemerintah juga menetapkan Hari Sabtu sebagai hari libur.

Namun, bagi Bangsa Israel—yang baru saja merdeka—firman Allah untuk tidak bekerja sehari dalam seminggu merupakan sesuatu yang sungguh baru. Tak boleh kita lupa bahwa Israel awalnya adalah budak. Sebagai budak, waktu bukanlah miliknya sendiri, tetapi milik tuannya. Konsep tak bekerja satu hari dalam seminggu sungguh aneh dalam dunia perbudakan. Bagaimanapun, budak memang harus bekerja. Budak yang tidak bekerja hanya akan merugikan tuannya.

Akan tetapi, Allah—yang telah membebaskan Israel—bersabda agar Israel berhenti pada hari ketujuh. Sebagai bangsa merdeka, Israel dipanggil untuk mengkhususkan hari ketujuh untuk beristirahat.

Menarik disimak, bahwa firman Allah untuk berhenti pada hari ketujuh ini diberikan karena bangsa Israel telah bekerja keras enam hari lamanya. Dengan kata lain, firman Allah mengenai Sabat ini juga firman Allah untuk bekerja dengan baik selama enam hari.

Alasannya sederhana, Allah dalam proses penciptaan juga berhenti pada hari ketujuh. Allah diperkenalkan sebagai Pribadi yang bekerja selama enam hari dan berhenti pada hari ketujuh.

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Dalam waktu enam hari, Aku, TUHAN, membuat bumi, langit, lautan, dan segala yang ada di dalamnya, tetapi pada hari yang ketujuh Aku beristirahat. Itulah sebabnya Aku, TUHAN, memberkati hari Sabat dan mengkhususkannya bagi diri-Ku.”

Ya, Allah diperkenalkan sebagai Pribadi yang bekerja sekaligus beristirahat pada hari ketujuh. Ia mengkhususnya Sabat bagi diri-Nya sendiri. Dan karena itu, Israel pun diminta untuk meneladan-Nya—bekerja keras selama enam hari dan beristirahat pada hari ketujuh.

Sepertinya Allah ingin bangsa Israel juga hidup seimbang. Manusia dicipta bukan hanya untuk bekerja, tetapi juga untuk beristirahat. Dan bukan asal istirahat, namun berhenti untuk bersyukur kepada Allah atas semua berkat—terutama berkat pekerjaan—yang telah dirasakannya. Dan panggilan ini tak berubah hingga hari ini.

Sesungguhnya kata holiday untuk liburan dalam bahasa Inggris memang mengingatkan kita untuk mengkhususkan dan memfokuskan hari itu hanya untuk Allah. Dan itulah yang perlu kita wariskan kepada generasi berikut,

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar:

Foto: Unsplash/Jess Bailey