Sabat Kudus

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 2 Oktober 2024 | Kel. 35:1-3

”Musa menyuruh segenap umat Israel berkumpul. Lalu ia berkata kepada mereka, ’Inilah segala firman yang diperintahkan TUHAN untuk dilakukan. Enam hari lamanya pekerjaan boleh dilakukan, tetapi pada hari ketujuh harus ada Sabat kudus bagimu, hari perhentian penuh untuk TUHAN. Setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, harus dihukum mati. Pada hari Sabat jangan menyalakan api di semua tempat kediamanmu.’”

Sebagai manusia abad ke-21, mungkin kita bertanya-tanya dalam hati, ”Begitu pentingkah Sabat di mata Allah sehingga umat yang melanggarnya harus dihukum mati?”

Sekali lagi, yang tak boleh dilupakan, aturan Sabat bukanlah untuk seluruh umat manusia. Aturan Sabat hanya diperuntukkan bagi umat Allah. Umat Allah tentulah mesti menjalani hidup seturut dengan cara Allah. Mereka tidak boleh seenaknya sendiri.

Yang tak boleh kita lupa, pada awalnya aturan Sabat merupakan hal baru bagi bangsa Israel. Sebagai bangsa budak, mereka harus siap kapan saja untuk bekerja sesuai perintah tuannya. Konsep perbudakan memang demikian. Budak tak punya hak atas waktunya sendiri.

Sejatinya aturan Sabat membuat manusia lebih manusiawi. Bahkan aturan itu menular pada manusia modern yang membuat jam kerja 40 jam seminggu. Dengan demikian ada hari yang dikhususkan bagi manusia untuk berhenti dari pekerjaannya.

Hanya saja kecenderungan layanan 24 jam, Senin hingga Minggu, juga sistem on line, mungkin membuat manusia cenderung melupakan hari yang khusus dijadikan Allah bagi manusia untuk beristirahat. Ini memang tantangan manusia modern yang sering alpa akan pentingnya istirahat.

Pelarangan menyalakan api sepertinya dimaksudkan untuk mendukung penyelanggaraan Sabat. Api agaknya mewakili salah satu sumber energi. Ketiadaan api membuat manusia lebih mudah beristirahat.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Silakan klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar:

Foto: Unslash/Pan X.