Sara

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 20 Februari 2024 | 1Ptr. 3:5-6

”Sebab, demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah. Mereka tunduk kepada suaminya, sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menyebut dia tuannya. Kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut terhadap ancaman.”

Petrus menegaskan, begitulah para perempuan pilihan Allah. Itu berarti nasihat Petrus ini bukan barang baru. Para perempuan Kristen tidak sendirian. Mereka punya patron. Dan untuk kepentingan argumentasinya, Petrus menjadikan Sara sebagai teladan.

Mengapa Sara? Tentu hanya Petrus sendiri yang tahu alasannya. Namun, bisa diduga, karena Abraham adalah leluhur bangsa Israel. Kisah Abraham membuat bangsa Israel menjadi berbeda dari bangsa-bangsa lain. Dan Abraham tidak dipanggil sendirian.

Penulis Kitab Kejadian mencatat: ”Abram berusia tujuh puluh lima tahun ketika ia meninggalkan Haran, sesuai dengan perintah TUHAN kepadanya. Abram berangkat ke tanah Kanaan bersama-sama dengan Sarai istrinya, dan Lot kemenakannya, dan segala harta benda serta hamba-hamba yang mereka peroleh di Haran” (Kej. 12:4-5, BIMK).

Ya, Abraham memang tidak dipanggil sendirian. Dia mengajak Sara. Bagaimanapun, visi Allah menjadikan keturunan Abraham sebagai bangsa yang besar terjadi melalui rahim Sara. Dan Sara pun taat. Ia kelihatannya terpanggil juga mewujudkan visi Allah. Meski, ini menariknya, Sara dipanggil Allah dalam keadaan mandul. Ketaatan akan panggilan Allah merupakan salah satu bentuk kecantikan batiniah.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/Mike H.