Sikap Pembelajar Sejati
Belajar adalah sebuah proses. Saya suka kalimat ini karena pembelajaran adalah proses seumur hidup, tidak terbatas pada ruang kelas dan buku teks. Cara seseorang belajar bukan hanya dari pengetahuan yang dijejali secara pasif kepada dirinya, namun juga karena ia mengalaminya. Hidup ini memberikan banyak sekali kesempatan kepada kita untuk belajar banyak hal. Sedari kecil kita sudah belajar, mulai dari belajar berjalan, belajar berbicara. Semakin kita besar semakin banyak keterampilan yang kita pelajari. Belajar bukan hanya melalui materi pelajaran sekolah. Selepas sekolah pun kita seharusnya tetap menjadi pembelajar. Sejatinya belajar adalah proses seumur hidup.
Sewaktu belajar pasti kita akan menemukan kesulitan atau tantangan tersendiri. Justru di situlah pembelajarannya. Ambil saja contoh, waktu belajar untuk ujian Matematika yang kita rasa sangat sulit, kita pasti akan berlatih dan belajar lebih tekun lagi. Sikap inilah yang juga penting dimiliki oleh murid, yaitu ketekunan dan daya juang. Jadi belajar bukan hanya sekadar untuk mencapai keberhasilan di akhir, namun juga menjalani proses yang sulit itu sendiri. Kabar baiknya, sewaktu kita sedang berada di dalam kesulitan kemudian kita atau orang lain menyadarinya, itu adalah hal yang baik. Saya tahu saya lemah atau kesulitan di bagian ini, maka saya akan berusaha untuk belajar. Seorang pembelajar yang baik adalah mereka yang dapat mengenali kelemahan mereka sendiri dan dengan demikian dapat memperbaiki kelemahan tersebut.
Jika kita sudah melewati satu hal dengan mudah, kita pasti akan mengalami kesulitan di bagian lain. Setiap orang memiliki kesulitannya masing-masing. Apa yang dapat dengan mudah dilewati orang lain, belum tentu mudah dilewati oleh saya. Apa yang menjadi kesulitan orang lain, belum tentu menjadi kesulitan saya. Karena itu, kita tidak perlu membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Sikap tersebut tidak akan menolong, malah memunculkan rasa insecure di dalam diri, juga dapat mendorong kita melakukan kompetisi secara tidak sehat. Seorang hamba Tuhan pernah berkata, berkompetisilah terhadap keterbatasan diri sendiri bukan dengan orang lain. Tuhan memberikan setiap orang ujiannya masing-masing.
Sikap bahaya dalam belajar adalah sikap merasa diri sudah tahu dan tidak mau belajar lagi. Ketika sudah merasa mahir dan tidak memperlengkapi diri, sesungguhnya kita sudah berhenti belajar. Sikap ini muncul secara terselubung. Mungkin kenyamanan di tempat kerja menjadikan kita malas untuk memperlengkapi diri. Pada waktu kondisi stabil dan kita merasa sudah menguasai hal yang kita kerjakan, mungkin kita perlu berpikir, apa lagi yang Tuhan mau untuk saya kerjakan? Hal apa yang dapat saya pelajari lagi? Kerendahatian tidak dapat dipisahkan dari seorang pembelajar sejati. Hanya mereka yang hatinya cukup luas yang dapat dibentuk dan belajar banyak hal.
Hidup ini memberikan kesempatan untuk belajar. Belajarlah dari banyak hal selagi masih hidup di bawah matahari. Bersukacitalah untuk proses belajar yang Tuhan berikan kepada kita—manusia. Nikmatilah Tuhan dalam proses belajar yang kita jalani. Sewaktu gagal, bangkit dan bangkit lagi. Ketika sudah mahir, ingatlah bahwa kemampuan belajar itu berasal dari Tuhan. Kembalikanlah kemuliaan kepada Tuhan saja, dan jadilah berkat bagi sesamamu dari hasil belajarmu.
Fifi Kurniawan | Sobat Media
Foto: Istimewa/Seorang pelajar di SMPK Widya Wacana Purwodadi