Tabah

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 22 Januari 2024 | Yak. 5:10-11

”Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Sesungguhnya kita menyebut mereka berbahagia orang-orang yang tabah. Kamu telah mendengar tentang ketabahan Ayub dan telah mengetahui tujuan Tuhan, karena Tuhan Maha Penyayang dan penuh belas kasihan.”

Yakobus mengajak para pembaca suratnya untuk mengikuti teladan penderitaan dan kesabaran para nabi. Nabi sering ditolak. Terutama di negerinya sendiri. Sebab, pemberitaan para nabi selalu menggunakan standar Allah. Dan manusia cenderung memakai standar sendiri, sehingga penolakan boleh dikatakan lumrah.

Pada titik ini, nabi pastilah menderita. Penderitaannya pun semu. Dan itulah yang perlu diteladan. Mengapa para nabi tetap sabar terhadap penolakan? Karena hanya pemberitaan itulah yang menjadikan dia nabi. Meski ditolak, pemberitaan itulah yang tetap memungkinkan dia berjabatan nabi. Tanpa pemberitaan itu, dia bukan nabi lagi. Apalagi, ini bukan pemberitaannya sendiri, tetapi pemberitaan Allah.

Dengan mengutip Ayub sebagai contoh, seperti Yakobus hendak menyatakan bahwa tabah dalam penderitaan bukan hal yang mustahil. Orang Kristen punya contoh. Ayub adalah teladan. Mengapa Ayub bisa tabah? Sepertinya ia tahu akhir hidupnya. Karena ia juga tahu bahwa Allah itu Mahapenyayang dan penuh belas kasihan.

Kita pun bisa tabah dalam penderitaan karena tahu semua terjadi atas seizin Allah. Dan kita tahu bahwa semua, termasuk penderitaan, akan membawa kita lebih dekat dengan Allah.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/C. Falize