Tak Mudah Menjadi Yusuf

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 15 Mei 2024

Kisah Yusuf dan saudara-saudaranya menarik disimak (lih. Kej. 37:1-11). Penulis Kitab Kejadian memaparkannya dengan cara yang begitu biasa. Begitu biasa hingga kita tak sungguh tahu apa yang ada di hati Yusuf.

Kisahnya dimulai dengan Yusuf muda, 17 tahun, yang menggembalakan kambing domba bersama dengan saudara-saudaranya lain ibu. Kisah penggembalaan itu ditutup dengan kisah bahwa Yusuf melaporkan kejahatan saudara-saudaranya kepada ayahnya. Tampaknya laporan itulah yang tidak disukai saudara-saudaranya.

Bagaimanakah kita, umat percaya abad XXI, menilai tindakan Yusuf itu? Salahkah? Tentu kita bisa menganggap Yusuf itu pengadu. Atau menyebutnya tak punya rasa kesetiakawanan. Namun, apakah tindakan menyembunyikan kejahatan saudara-saudaranya dapat dibenarkan? Bukankah mereka—anak-anak Yakub—semestinya menjadi teladan dalam perbuatan baik.

Ketidaksukaan saudara-saudara Yusuf makin beralasan ketika mereka melihat bahwa Yakub ternyata pilih kasih. Penulis mencatat: ”Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah.”

Kita tidak tahu alasan utama Yakub. Yang kita tahu, sifat pilih kasih Yakub itu membuat Yusuf menjadi korban dari anak-anak lainnya. Bahkan, ketika Yusuf menceritakan mimpinya, saudara-saudaranya makin membencinya. Padahal Yusuf hanya ingin cerita. Dan saudara-saudaranya untuk mendengarkan ceritanya pun tidak mau.

Posisi Yusuf pasti tidak mengenakkan. Dia seperti syair dalam lagu ”Burung Camar” karya Aryono Hubuyo Djati dan Iwan Abdulrachman yang dipopulerkan oleh Vina Panduwinata: ”Tiada teman berbagi derita, bahkan untuk berbagi cerita.” Bahkan, Yakub sendiri menegor Yusuf, ”Mimpi apa itu? Bagaimana mungkin aku dan ibumu serta saudara-saudaramu datang untuk sujud kepadamu sampai ke tanah?” (Kej. 37:10).

Apa makna kisah ini bagi kita? Orang tua perlu berhati-hati dalam bersikap, bertindak, juga berbicara! Salah sikap, tindak, dan bicara hanya akan menyakiti anak-anaknya, bahkan bisa membuat anak-anak saling benci!

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/Kristaps U.