Tak Sekadar Niat

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 18 Agustus 2024 | Kel. 23:17-19

”Tiga kali setahun semua laki-laki di antara kamu harus menghadap ke hadirat Tuhan ALLAH. Jangan mempersembahkan darah kurban sembelihan untuk-Ku dengan sesuatu yang beragi, dan janganlah lemak kurban hari raya-Ku tersisa sampai pagi. Yang terbaik dari buah sulung tanahmu harus kaubawa ke Rumah TUHAN, Allahmu. Jangan kaumasak anak kambing dalam susu induknya.”

Perintah Allah itu wajib sifatnya. Tak boleh ditawar. Dan harus dilakukan dengan cara Allah sendiri. Jadi, bukan sekadar niat. Niat itu harus dilaksanakan dengan cara yang Allah inginkan. Meskipun, tentu saja, sering manusia tak mampu memahaminya.

Sepertinya Allah selalu ingin sesuatu yang murni. Sehingga Ia mewanti-wanti agar darah kurban sembelihan tak tercampur dengan sesuatu yang beragi.

Dan lemak kurban tidak boleh tersisa sampai pagi. Tentu sudah tidak enak dimakan lagi. Yang namanya lemak, tentulah enak jika dimakan saat masih hangat. Sebenarnya ini demiki kepentingan manusia itu sendiri.

Yang terpenting dari semuanya itu adalah frasa ”yang terbaik”. Itu berarti manusia tak boleh hitung-hitungan berkait persembahan kepada Allah. Kata dasar persembahan adalah sembah. Hitung-hitungan akan memperlihatkan dengan jelas ketidaktulusan sang penyembah.

Berkait dengan memasak daging anak kambing dalam susu induknya, bisa jadi Allah tak mau sumber kehidupan (susu) menjadi sarana kematian. Susu kambing sebaiknya diminum manusia saja. Itu jelas lebih berguna.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Silakan klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar:

Foto: Unsplash/Taylor Flowe