Takut dan Gemetar

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 16 Juli 2024 | Kel. 20:18-21

”Seluruh bangsa itu menyaksikan ketika guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Bangsa itu menjadi takut dan gemetar, dan mereka berdiri jauh-jauh. Mereka berkata kepada Musa, ’Engkau saja yang berbicara dengan kami, kami akan mendengarkan. Janganlah Allah yang berbicara dengan kami, supaya kami tidak mati’” (Kel. 20:18-19).

Demikianlah catatan penulis Kitab Keluaran. Umat Israel menjadi begitu takut dan gemetar menyaksikan reaksi alam yang menyertai sabda Allah yang disampaikan secara langsung kepada mereka.

Suasananya sungguh menegangkan: gunung berasap, kilat susul-menyusul tiada henti, guruh menggelegar, dan terdengar seperti suara terompet. Mungkin keadaannya sama seperti campuran empat peristiwa: letusan gunung berapi, gempa bumi, hujan petir, dan perang yang dahsyat.

Itu sungguh menakutkan. Sehingga, mereka merasa sebaiknya pengalaman di Sinai itu menjadi yang pertama dan terakhir. Mereka tak lagi ingin mendengarkan Allah berbicara langsung dan meminta Musa mau menjadi perantara. Mereka tak ingin mati.

Mendengar permohonan itu, Musa mengatakan bahwa mereka tak perlu takut selama mereka tidak berbuat dosa. Musa seakan berkata, ”Selama hidupmu benar sebagai umat Allah, pertemuan dengan Allah semestinya menjadi hal yang menggembirakan. Sebab, Allah sendiri berkenan menyapamu. Allah menyapa karena dirimu penting dimata-Nya.”

Sesungguhnya pemahaman ini pulalah yang perlu kita sampaikan kepada anak-anak kita: ”Tuhan mengasihimu. Dia ingin menyapa dirimu secara pribadi. Jangan takut! Yang penting hiduplah sebagai anak-anak Allah! Kekudusan adalah harga mati!”

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Silakan klik tautan berikut ini untuk mendengarkan Sabda-Mu Abadi versi siniar:

Foto: Unsplash/Melanie W.