Terpujilah Allah
Sabda-Mu Abadi | 31 Januari 2024 | 1Ptr. 1:3-5
”Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah membuat kita lahir kembali melalui kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima warisan yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan tidak dapat layu, yang tersimpan di surga bagi kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah melalui imanmu untuk keselamatan yang telah siap dinyatakan pada zaman akhir.”
Di awal suratnya Petrus mengajak pembaca untuk memuji Allah. Bagi Petrus keselamatan adalah segala-galanya. Itulah yang membedakan seorang Kristen dengan yang lainnya. Mereka telah dilahirkan kembali melalui kebangkitan Yesus dari antara orang mati dan mengalami hidup yang penuh pengharapan.
Tentu saja, Yesus mati untuk semua orang. Kebangkitan-Nya pun dianugerahkan bagi semua orang. Namun, ada yang mau menerima karya penyelamatan itu, ada pula yang tidak.
Harus diakui karya penyelamatan itu sendiri terasa tak masuk akal. Ada yang beranggapan, manusia yang berbuat dosa, masak Allah yang bertanggung jawab. Namun, itulah jalan yang ditempuh Allah. Ia mengambil langkah tak masuk akal hanya karena satu alasan: rahmat. Dan karena rahmat itu pulalah kita dimampukan Roh Kudus untuk memercayai karya penyelamatan itu.
Karya penyelamatan itu sendiri hanyalah titik awal untuk hidup yang penuh pengharapan. Inilah modal utama seorang Kristen: hidup yang berisi penuh dengan pengharapan. Tak ada ruang kosong. Semuanya terisi penuh dengan pengharapan. Dan pengharapan itu tidak mungkin mengecewakan karena Allah—yang menjanjikannya—setia.
Oleh karena itu, pujian kepada Allah, menjadi keniscayaan. Tak memuji Allah, yang dikenal dalam Yesus Kristus, malah aneh.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/F. Ungaro