Tiga Dosa Keji

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 3 Agustus 2024 | Kel. 22:18-20

”Seorang perempuan penyihir jangan kaubiarkan hidup. Siapa pun yang meniduri binatang, ia pasti dihukum mati. Siapa yang mempersembahkan kurban kepada ilah-ilah selain kepada TUHAN saja, harus ditumpas.”

Semua dosa keji ini hukumannya mati. Tak bisa ditawar. Bisa jadi karena sifat ketiganya sama—sama-sama tak mengakui Allah sebagai Tuhan.

Untuk yang pertama, bisa dipastikan bahwa sihir yang dimaksud memang untuk mencelakakan orang. Setidaknya, menguntungkan yang bayar dan merugikan yang enggak bayar.

Muaranya uang. Jelas di sini, dengan senang hati—karena menganggap itu sebagai profesi—para penyihir itu melakukan tanpa belas kasihan kepada korbannya. Yang ingin mereka puaskan adalah mulut dan perut mereka sendiri.

Pada titik ini mereka tidak memperhitungkan Allah, Sang Pencipta, yang semestinya mereka hormati. Mereka telah membelakangi Allah.

Untuk yang kedua, bisa dipastikan bahwa mereka tak lagi tunduk pada tatanan yang telah digariskan Allah—suami bersetubuh dengan istrinya. Itulah kerangka penciptaan. Namun, sepertinya mereka merasa perlu bereksperimen. Dan untuk yang namanya kebebasan berekspresi mereka sengaja melanggar tatanan Allah.

Muaranya adalah kebebasan dan kenikmatan diri sendiri. Meski kita, orang percaya abad ke-21, tentu saja bisa memperdebatkan di manakah letaknya kenikmatan itu. Namun, sepertinya mereka puas karena telah melanggar apa yang telah Allah ciptakan bagi manusia. Ada kepuasan tersendiri karena telah melanggar aturan Allah.

Untuk yang ketiga, di mata Allah mereka layak mati karena menyembah yang semestinya tak layak disembah. Hanya Allah yang layak disembah. Sejatinya penyembahan adalah tindakan yang disengaja. Dan mereka sengaja tidak menyembah Allah.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Silakan klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar:

Foto: Unsplah/Luca S.