Ahli

Sabda-Mu Abadi | 8 Januari 2023 | Kis. 27:6-13
”Sementara itu sudah banyak waktu yang hilang. Hari Puasa sudah berlalu dan sudah berbahaya untuk melanjutkan pelayaran. Sebab itu Paulus memperingatkan mereka, katanya, ’Saudara-saudara, aku lihat bahwa pelayaran kita akan mendatangkan kesukaran-kesukaran dan kerugian besar, bukan saja bagi muatan dan kapal, tetapi juga bagi nyawa kita.’ Tetapi perwira itu lebih percaya kepada juru mudi dan nakhoda daripada kepada perkataan Paulus” (Kis. 27:9-11)
Peringatan Paulus itu bukan tanpa dasar. Cuaca memang sedang tidak bersahabat. Dan selama beberapa hari sebelumnya kapal memang tidak dapat berlayar dengan baik. Lagi pula Hari Puasa sudah berlalu. Yang dimaksud dengan Hari Puasa adalah Hari Raya Pendamaian yang biasa dirayakan menjelang akhir September atau awal Oktober. Dan biasanya di sekitar waktu-waktu itu cuaca begitu buruk sehingga membahayakan pelayaran.
Namun, Yulius lebih memercayai juru mudi dan nakhoda ketimbang Paulus. Di mata dia juru mudi dan nakhoda pastilah lebih ahli dan punya banyak pengalaman. Dan alasan mereka untuk tetap berlayar adalah karena pelabuhan di situ memang tidak baik bagi kapal-kapal untuk tinggal pada musim dingin. Oleh sebab itu kebanyakan awak kapal setuju untuk berlayar lagi meninggalkan pelabuhan itu dan berusaha sampai di Feniks dan tinggal di sana selama musim dingin. Feniks memang lebih layak ditinggali selama musing dingin.
Jadi, sekali lagi, alasan awak kapal untuk berlayar adalah karena di mata mereka Pelabuhan Indah—meski memakai nama Indah—ternyata bukan tempat yang indah. Mereka ingin mendapatkan tempat yang lebih baik, meski tahu bahwa waktu-waktu itu bukanlah saat yang indah untuk berlayar.
Nah, kalau sudah begini, siapa yang layak disebut ahli?
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Annie Spratt