Anak Manusia

Sabda-Mu Abadi | 8 Februari 2025 | Mrk. 10:45
”Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Yesus tidak hanya bicara. Ia menjadikan diri-Nya teladan. Yesus—Sabda yang menjadi Manusia—menekankan, Ia datang untuk melayani, bukan dilayani. Jika Yakobus dan Yohanes memohon untuk duduk dalam kemuliaan, Yesus jarang duduk. Hobinya ke sana sini untuk melayani orang. Dan pelayanan-Nya pun tuntas: mati disalib.
Konsep tentang Allah yang melayani sungguh baru dalam kehidupan keberagamaan pada masa itu hingga kini. Allah sering dipahami sebagai Allah yang besar. Itu benar. Namun, Yesus menyatakan bahwa Allah juga adalah Allah yang mau menjadi kecil. Allah yang mau melayani. Yesus tidak memperkenalkan Allah sebagai Allah yang duduk berdiam diri di singgasana-Nya. Tidak. Yesus memperkenalkan Allah sebagai pribadi yang turun dari singgasana, bergerak, berdiri, dan melayani, bahkan mati bagi manusia.
Konsep macam begini patut diterapkan dalam keluarga. Keluarga bisa menjadi tempat di mana orang lebih suka melayani ketimbang dilayani, lebih suka diperintah ketimbang memerintah, lebih suka berdiri ketimbang duduk.
Keluarga bisa menjadi tempat di mana orang selalu bertanya, ”Apa yang bisa kulakukan untuk anggota keluarga lain?”; dan bukan sebaliknya. Keluarga bisa menjadi tempat di mana orang memohon kepada Yesus, ”Perkenankanlah kami berdiri dalam kemuliaan-Mu kelak!”
Akhirnya, selamat berdiri, menjalani perintah, dan melayani.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Berikut tautan untuk mendengarkan versi siniar:
n.b.: Dukung pelayanan digital via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media!