Andaikata Dulu Murid-Mu
Sabda-Mu Abadi | 17 Januari 2023 | Kis. 28:30-31
”Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri; ia menerima semua orang yang datang kepadanya. Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus.”
Demikianlah penutup buku ”sejarah gereja pertama” karangan Lukas. Diawali dengan perintah Yesus agar para murid menjadi saksi-saksi-Nya di Yerusalem, seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke ujung bumi (Kis. 1: 8), Lukas menutup sejarah gerejanya dengan sebuah kenyataan mengesankan.
Biarpun dihambat melalui penahanan rumah, Lukas menggambarkan Paulus sebagai pribadi yang tetap hidup dalam ketaatan penuh terhadap panggilan yang telah diberikan kepadanya bertahun-tahun lampau. Di pusat kerajaan Romawi Paulus tidak berhenti memberitakan Injil mengenai Yesus Kristus.
Dan Paulus tidak sendirian. Dengan cara dan tempat berbeda, para murid lainnya juga didorong untuk mengabarkan Injil tanpa henti. Hambatan maupun penganiayaan yang dialami jemaat-jemaat mula-mula ternyata tidak menghalangi niat mereka untuk tetap mengabarkan Injil dengan setia.
Menurut tradisi jemaat mula-mula, sebagaimana direkam Oursler dan Armstrong, Lazarus dan dua saudari perempuannya, Maria dan Marta, mengajar perihal Kristus di Marseille, Perancis. Di Spanyol Simon orang Zelot, seorang tokoh yang tidak mau menonjolkan dirinya, juga memberitakan Injil mengenai Sang Guru yang amat dikaguminya. Bartolomeus bekerja di pantai-pantai Arab di Laut Merah. Yudas, saudara Yakobus Muda yang selalu murung, mengajar tentang Kristus di Asia Kecil bersama-sama anak-anak dan keponakannya, serta memelihara fakir miskin dan merawat orang sakit. Matius, mantan pemungut cukai, menjelajah relung-relung sungai di Etiopia, hidup dari buah-buahan dan sayur-mayur, untuk mengajar penduduk di sana perihal Kristus. Filipus disibukkan dengan gereja-gereja yang baru dewasa di Frigia. Andreas menyusuri sepanjang pesisir sungai Danube, merintis daerah baru bagi Kristus, menembus jauh ke Skitia dan Laut Hitam. Dan Tomas, sang Peragu itu, mengadu untung melampaui batas imperium Roma, pergi ke India dan mengabarkan Injil di sana.
Dari kisah-kisah itu, agaknya kita dapat menarik kesimpulan umum bahwa para murid sungguh-sungguh hidup dan dihidupi oleh Injil Yesus Kristus. Mereka tidak ingin menikmati Kabar Baik itu sendirian, atau bagi kelompok, suku, negara mereka saja. Tanpa peduli rintangan, mereka terus mengumandangkan Injil. Tak jarang dengan nyawa mereka. Dan tanpa mereka, kita pun tak pernah ada.
Akhirnya, benarlah syair karya Mangapul P.S. ini: ”Andaikata dulu Murid-Mu tidak sudi bekerja mengabarkan cinta kasih-Mu pada dunia bercela, maka Injil yang Kauberikan pasti kini tak tersebar, sehingga dunia akan hilang, tetap berdosa, bercemar” (Kidung Jemaat 429:2).
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Pcess