Babel

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 18 Maret 2024 | 1Ptr. 5:13-14

”Salam kepada kamu sekalian dari mereka yang di Babel, yang sama-sama terpilih, dan dari Markus, anakku. Bersalam-salamlah seorang kepada yang lain dengan ciuman kasih. Damai sejahtera menyertai kamu sekalian yang berada dalam Kristus.”

Sebagaimana kelaziman korespondensi saat itu, Petrus mengakhiri suratnya dengan salam. Ia menyatakan bahwa orang-orang yang terpilih di Babel menyampaikan salam. Jelaslah, surat Petrus bisa dikatakan sebagai korespondensi orang-orang pilihan. Artinya, sama-sama dipilih Allah menjadi umat Allah.

Nama Babel disebut di sini. Jika kita merujuk kepada Kitab Wahyu, sepertinya Babel merupakan nama kiasan untuk Kota Roma di kalangan Kristen waktu itu. Kata ”Babel” dalam bahasa Ibrani kata ini kedengarannya seperti kata yang berarti ”kacau balau”. Di masa Petrus, penganiayaan terhadap orang Kristen sudah dimulai. Mungkin, inilah alasan Petrus tidak menyebut bahwa dirinya tinggal di Roma. Bisa jadi juga Petrus telah menjadi figur yang paling dicari pihak berkuasa.

Namun demikian, secara kiasan pula, dari kota yang sungguh kacau itu, toh masih ada salam yang bisa dikirimkan. Dengan kata lain, suasana kota boleh penuh tekanan, tetapi orang-orang pilihan Allah masih bisa merasakan—dan hidup dalam—damai.

Secara khusus nama Markus disinggung. Bisa jadi ini semacam perkenalan untuk pribadi yang kemungkinan besar sedang menuliskan—atau bahkan sudah menyelesaikan—Kitab Injil-Nya. Perkenalan menjadi penting agar para pembaca Surat Petrus tak terlalu asing seandainya mereka membaca Kitab Injil karangan Markus.

Tak sekadar menyampaikan salam, Petrus mendorong pembaca suratnya untuk saling memberikan salam. Artinya, saling menghargai dan menguatkan satu salam lain sebagai sesama orang pilihan. Dan yang terpenting Petrus menyatakan bahwa damai sejahtera menyertai pembaca surat-Nya.

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Semoga Tuhan memberi sejahtera kepada Saudara semuanya yang menjadi milik Kristus.” Inilah doa Petrus kepada setiap orang yang membaca suratnya. Juga kita, orang Kristen Indonesia abad ke-21.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/Grigorii S.