Batu-batu Hidup
Sabda-Mu Abadi | 15 Februari 2024 | 1Ptr. 2:5
”Biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, menjadi imamat kudus untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.”
Manusia berdosa sejatinya memang batu, yang kadang keras kepala, mau menang sendiri, dan sok tahu. Namun begitu, Allah ingin menggunakan manusia-manusia itu untuk pembangunan suatu rumah rohani-Nya.
Syaratnya, ada kerelaan untuk dibentuk dan direkatkan dengan batu-batu lainnya. Artinya, janganlah sebagai batu kita merasa diri sebagai yang paling hebat dan berguna. Tidak. Batu-batu itu hanya akan berguna, manakala dia mau direkatkan dengan batu-batu lainnya.
Mau direkatkan artinya kita sadar bahwa kita merupakan salah satu, bukan satu-satunya batu, dalam sebuah bangunan. Artinya, tanpa keterlibatan batu-batu lain sebuah bangunan tak akan pernah muncul. Dan, sekali lagi, tanpa Allah, Sang Arsitek Agung, kita hanyalah setumpukan batu tiada guna.
Tak sekadar batu, Petrus mengingatkan bahwa kita adalah batu-batu hidup. Artinya, batu yang tidak statis, tetapi batu yang senantiasa bertumbuh. Atau, lebih tepat batu yang mau bertumbuh. Dan yang lebih penting batu-batu hidup itu mau dipakai untuk membangun rumah Allah yang rohani.
Salah satu cara untuk menjadi batu-batu hidup yang dapat dipergunakan dalam pembangunan rumah rohani ialah dengan menghargai orang lain. Konkretnya: Jangan berpura-pura di hadapan orang lain, entah pura-pura baik atau pura-pura jahat. Bersikaplah apa adanya. Jangan berbohong! Jangan iri hati dan jangan menganggap rendah orang lain! Ingat, menganggap rendah orang lain berarti kita telah meremehkan Allah, yang telah menciptakan orang lain itu.
Ini bukan perkara gampang, namun Allah, Sang Arsitek Agung sangat mampu melakukannya. Persoalan besarnya: Maukah kita menjadi batu-batu hidup itu?
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Andy M.
