Demetrius

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 3 Desember 2022

”Saudara-saudara, kamu tahu bahwa kemakmuran kita adalah hasil usaha ini! Sekarang kamu sendiri melihat dan mendengar, bagaimana Paulus, bukan saja di Efesus, tetapi juga hampir di seluruh Asia telah membujuk dan menyesatkan banyak orang dengan mengatakan bahwa apa yang dibuat oleh tangan manusia bukanlah dewa. Dengan demikian bukan saja usaha kita akan dihina orang, tetapi juga kuil Artemis, dewi besar itu, akan kehilangan artinya. Lagi pula, Artemis sendiri, yang disembah oleh seluruh Asia dan seluruh dunia yang beradab, akan kehilangan kebesarannya.” (Kis. 19:21-40)

Demikianlah orasi Demetrius. Ia seorang pengusaha, yang membuat kuil-kuilan dewi Artemis dari perak. Usahanya itu mendatangkan penghasilan yang tidak sedikit bagi tukang-tukangnya. Sepertinya ia menyadari bahwa usahanya makin surut karena banyak orang Efesus yang memercayai berita yang disampaikan Paulus. Dan karena itu dia mengajak para pekerjanya dan para pengusaha perak lainnya untuk membuat aksi demo.

Jelas sekali, motivasi utama Demetrius bukanlah rohani, melainkan ekonomi. Namun, tentu saja aspek perut tak mungkin dijual dalam sebuah aksi massa. Karena itu, Demetrius mencoba menjual sentimen keagamaan dalam aksi demonya. Dan aksi demonya hampir berhasil.

Namun demikian, menarik disimak, panitera kota mencoba menenangkan massa yang sebenarnya juga tidak tahu mengapa mereka berkumpul di sana.

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Ia berkata, ’Penduduk Efesus! Setiap orang tahu bahwa Efesuslah kota yang memelihara rumah Dewi Artemis dan batu suci yang jatuh dari langit. Tidak seorang pun dapat membantah hal itu. Karena itu tenanglah dan jangan melakukan sesuatu dengan gegabah. Orang-orang ini, kalian bawa ke sini bukan karena mereka sudah merampok rumah dewa atau karena mereka sudah menghina dewi kita. Kalau Demetrius dengan pekerja-pekerjanya itu mempunyai suatu pengaduan terhadap seseorang, biarlah mereka membawa perkaranya itu ke pengadilan. Pengadilan terbuka untuk itu dan pejabat-pejabat pemerintah pun selalu ada.’”

Kata-katanya logis, juga jernih. Dia menyatakan bahwa Gayus dan Aristarkhus bukanlah perampok kuil Artemis, tak juga menghina dewi Artemis. Demontrasi yang kemungkinan berujung anarkis hanya akan membawa mereka pada tindakan kriminal. Ia menganjurkan massa untuk tidak terhasut oleh Demetrius. Aksi masa pun reda.

Kisah ini memperlihatkan, tak semua orang sesat pikir. Selalu ada orang-orang yang berpikir jernih dan logis. Hanya sayangnya tak banyak orang mau mengambil risiko seperti panitera kota Efesus.

Yoel M. Indrasmoro
Tangan Terbuka Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.

Sumber Foto: Unsplash/ Demian T.