Diam

Sabda-Mu Abadi | 20 Maret 2025 | Mrk. 14:60-61a
”Imam Besar bangkit berdiri di tengah-tengah sidang dan bertanya kepada Yesus, ’Tidakkah Engkau memberi jawaban atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?’ Namun, Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa.”
Di tengah tuduhan yang disampaikan para saksi itu Yesus hanya diam. Sejatinya ini tindakan logis. Ia tahu bahwa semua tuduhan itu memang tak berdasarkan fakta. Mengomentari hanya akan membuat orang yang memberi kesaksian malah makin marah.
Apalagi, kesaksian itu berbeda satu sama lain. Menyalahkan kesaksian yang satu, malah akan dianggap membenarkan kesaksian yang lainnya. Dan karena itu, sekali lagi, Yesus diam. Ia tak mengucapkan sepatah kata pun.
Dalam kehidupan sehari-hari, diam adalah cara terbaik bagi kita untuk mendengarkan kata-kata orang lain. Kediaman kita bisa membuat orang yang berbicara memikirkan atau merenungkan kembali kebenaran dari ucapan yang keluar dari mulutnya. Kediaman kita malah bisa memberi waktu bagi orang lain untuk mengoreksi kata-katanya.
Pada titik ini kita telah menjadi kawan bicara dan bukan sekadar lawan bicara dari orang tersebut. Sepertinya kita juga perlu mengubah ungkapan ”lawan bicara” menjadi ”kawan bicara”. Itu bisa dimulai dengan mengambil sikap diam ketika ada orang yang mengajak kita berdebat tentang sesuatu perkara.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media Anda
Berikut tautan untuk mendengarkan siniar Sabda-Mu Abadi:
n.b.: Dukung pelayanan digital kami via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media!