Dibenarkan Melalui Iman
Sabda-Mu Abadi | 16 Februari 2023 | Rm. 4:1-5
”Jadi, menurut kita, apa yang telah diperoleh Abraham, bapak leluhur jasmani kita? Sebab sekiranya Abraham dibenarkan berdasarkan perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. Sebab apa yang dikatakan nas Kitab Suci? ’Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’”
Dengan jitu Paulus menampilkan Abraham sebagai bapak leluhur Israel sebagai contoh nyata. Dengan jitu pula ia mengutip Kitab Kejadian. Tindakan Abraham yang memercayai Allah itu diperhitungkan sebagai kebenaran. Di mata Allah tindakan memercayai Allah itu merupakan tindakan yang benar dan seturut dengan kehendak Allah.
Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Abraham percaya kepada Allah, dan karena kepercayaannya ini ia diterima oleh Allah sebagai orang yang menyenangkan hati Allah.” Percaya merupakan tindakan yang diharapkan Allah dari orang-orang yang diperkenan-Nya. Dan itulah yang menyenangkan hati Allah.
Jelas di sini bahwa Abraham tidak bisa mengandalkan perbuatan-perbuatannya. Ia hanya percaya. Dan kepercayaan itulah yang menggerakkan Abraham untuk melakukan kehendak Allah. Jadi, tidak dimulai dari perbuatan, melainkan iman. Dan tindakan Abraham itu merupakan buah dari imannya.
Untuk memperkuat pendapatnya, Paulus merasa perlu memberikan contoh konkret. Ia menulis: ”Kepada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. Tetapi kepada orang yang tidak bekerja, tetapi percaya kepada Dia yang membenarkan orang fasik, imannya diperhitungkan sebagai kebenaran.”
Di mata Paulus penyelamatan Allah itu merupakan hadiah dari Allah. Mengapa? Karena manusia memang tak berbuat apa-apa. Mereka hanya perlu percaya. Dan itulah yang diharapkan Allah dari manusia.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Gajus