Dukacita Paulus

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 20 Maret 2023 | Rm. 9:1-5

”Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Hati nuraniku turut bersaksi dalam Roh Kudus bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati. Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani. Sebab, mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, perjanjian-perjanjian, hukum Taurat, ibadah, dan janji-janji. Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias secara jasmani, yang ada di atas segala sesuatu. Dialah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”

Demikianlah curhatan Paulus. Rasul dari Tarsus itu sedih dan menderita karena Israel—yang telah diangkat menjadi anak Allah itu—ternyata malah tidak menerima Yesus Kristus. Dari segi sejarah, Israel semestinya lebih memahami dan mampu menerima Yesus Orang Nazaret sebagai Mesias. Namun, yaitu tadi, Israel lebih suka menolak Yesus.

Apa yang dikatakan Paulus ini, kemungkinan mengingatkan para pembacanya akan Musa. Ketika Allah hendak memusnahkan Israel karena pembuatan patung lembu emas, Musa pasang badan. Dia berkata kepada Allah, ”Kumohon Tuhan! Bangsa ini telah berbuat dosa besar dengan membuat ilah dari emas bagi dirinya. Tetapi, sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka. Jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.”

Inilah tipe pemimpin sejati. Musa dan Paulus begitu mengasihi bangsanya. Yang mereka inginkan adalah keselamatan bangsa Israel. Bahkan, mereka rela mendapatkan yang buruk asal Israel selamat.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/F. Romanovski